Wednesday, August 31, 2016

Doa Mendapatkan Ganti Yang Lebih Baik


Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami

Abu Usamah dari Sa'd bin Sa'id ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Umar bin Katsir bin Aflah ia berkata, saya mendengar Ibnu Safinah menceritakan bahwa ia mendengar Ummu Salamah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah,
 'INAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI RAAJI'UUN ALLAHUMMA`JURNII FII MUSHIIBATI WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA"

(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).'
melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik.

" Ummu Salamah berkata; Ketika Abu Salamah telah meninggal, maka saya pun membaca sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Allah pun menggantikannya untukku dengan yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Abu Sa'id telah mengabarkan kepadaku Umar bin Katsir dari Ibnu Safinah Maula Ummu Salamah, dari Ummu Salamah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yakni serupa dengan haditsnya Abu Usamah, dan ia menambahkan; (Ummu Salamah) berkata,

"Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Allah pun mengokohkan hatiku untuk mengucapkannya. Lalu aku pun menikah dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." (HR.Muslim no:1526)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي “Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”(Shahih Al Jami’, 5459) Dalam lafazh yang lain disebutkan. مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ “Siapa saja yang terasa berat ketika menghadapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.” (Disebutkan dalam Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, Ibnu ‘Abdil Barr, hal. 249, Mawqi’ Al Waroq)

Ternyata, musibah orang yang lebih sholih dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita tidak terus larut dalam kesedihan.

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata, يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, « الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”

HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185) Wallahu a'lam 

Redaksi : AbuMiqdam/AkhlaqMulia

Friday, August 26, 2016

Sunnah Menantu yang Semakin Banyak Dilupakan

Ada banyak konflik suami dan istri yang diawali dengan bermasalahnya komunikasi mereka dengan mertua. Kedua belah pihak merasa layak untuk memenangkan perdebatan hingga persoalan didiamkan begitu saja atau ada pihak yang menjadi tersangka, dan pihak lainnya merasa selalu benar, enggan disalahkan meski keliru.

Dalam interaksi antara menantu dan mertua, sejatinya kita memiliki contoh yang amat paripurna dari sosok Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Beliau merupakan menantu dari sahabatnya-sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq dan sayyidina ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhuma-, juga mertua dari sosok berjuluk kunci ilmu pengetahuan, sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib.

Dalam konteks hubungan harmonis antara menantu dan mertua, ada begitu banyak teladan yang sering dilewatkan oleh kaum Muslimin. Padahal jika diamalkan, teladan ini pasti memberikan hasil yang amat optimal dan bermanfaat untuk menggapai bahagia dan barakah dalam rumah tangga.

Mari menjadi saksi, betapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam adalah sosok yang paling dekat hubungan ukhuwahnya dengan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah menjadi menantu Abu Bakar lantaran menikahi Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha.

Dan Abu Bakar adalah sosok yang paling dicintai oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dari kalangan laki-laki sebagaimana jawaban yang beliau sampaikan ketika ditanya oleh sahabat mulia Amru bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu.

Abu Bakar juga menjadi orang pertama yang membela Rasulullah sejak keduanya belum menjalin hubungan menantu dan mertua. Abu Bakar juga merupakan sosok pengganti Nabi sebagai pemimpin kaum Muslimin setelah manusia paling mulia di seluruh zaman itu wafat.

Mertua lainnya yang sangat disegani oleh Nabi ialah sayyidina ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu. Beliau menjadi mertua setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menikahi sosok Ummul Mukminin Hafshah Radhiyallahu ‘anha, sosok yang dikenal ahli tahajjud dan puasa sunnah.

‘Umar bin Khaththab ialah orang kedua yang paling diicntai Nabi setelah Abu Bakar ash-Shiddiq. Dan kita menjumpai, ada begitu banyak riwayat nan mengesankan antara keduanya.

Salah satunya, ‘Umar bin Khaththab pernah dipuji sebagai sosok yang ditakuti setan, bahkan setan akan memilih jalan selain yang dilewati oleh ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.

Wahai para menantu, sudahkah kita meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam hal ini? Jika belum, wajar jika kita bermasalah dengan mertua. Sebab jika sunnah Nabi ini diamalkan, insya Allah relasi dengan mertua akan senantiasa berada dalam kebaikan dan keberkahan.

Wallahu a’lam.

(keluargacinta/muslimahzone.com)

Agar Istri Mau Berhijab

Pernikahan merupakan idaman setiap manusia dimuka bumi yang mempunyai akal, yang masih memiliki keyakinan terhadap adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta, dan yang masih memiliki perasaan didalam dirinya bahwa setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan perlunya adanya objek untuk mencurahkan segala rasa sayang dan cintanya kepada seseorang.
Islam mengatur berbagai hal didalam lini kehidupan manusia lebih tepatnya islam mengatur menunjukan jalan kebenaran bagi setiap muslim, dalam menjalankan aktivitas dan ibadahnya selama hidup didunia, demi menggapai surga yang dijanjikan oleh Allah Subhanahuwata’ala.

Wanita didalam islam begitu dimuliakan oleh karena itu Allah menjadikan salah satu nama Surat di dalam Al-qur’an namanya, terlebih ketika seorang muslimah mau menjalankan kewajiban dan hak nya kepada Allah maka tidak dipungkiri ini akan menjadi  aset dia dan tiket menuju surganya Allah subhanahuwa ta’ala.
Seorang suami didalam rumah tangga merupakan pemimpin ia bak seorang yang raja yang mempunyai susunan pemerintahan yang kecil didalam kehidupan, tapi bukan berarti seorang istri juga bisa dikatakan sebagai pembantu atau budak didalam kehidupan rumah tangga, ia laksana permaisuri hati yang patut dimuliakan oleh setiap anggota keluarga terlebih suami, yang wajib menafkahi secara lahir dan batin.

Tapi bagaimana jadinya jika seorang muslimah yang sudah berumah tangga enggan untuk menaati perintah Allah dan suami nya ketika dia diminta untuk berhijab, seringkali kita dapati meski ada beberapa istri yang enggan atau menolak untuk menaati kewajiban berhijab, semakin tinggi keimanan seseorang maka akan semakin berat juga cobaan yang akan diterimanya.
Berikut beberapa tips supaya istri mau berhijab versi islamediaku.

1. Nasihat


Nasihat merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menyampaikan sesuatu, akan tetapi terkadang setiap nasihat tidak sampai kepada pendengar dan diterima oleh orang yang ingin dinasehati, karena nasihat biasanya mengikuti pola dan sikap seseorang, meski terkadang dilain sisi pola nasihat bisa dimodifikasi sedemikian rupa agar mudah diterima dan didengar. Untuk menasehati seorang istri maka sang suami harus lebih tau seperti apa tipe istri kita, apakah dia seorang yang lembut yang tidak bisa menerima sesuatu yang disampaikan dengan tergesa gesa, atau mungkin istri kita tipe orang yang mungkin sedikit cuek terhadap nasehat, maka tugas sang suami adalah memilih kata yang tepat dan ungkapan yang halus dan mudah dipahami, untuk menyampaikan kepada istri tentang penting dan wajibnya untuk berhijab, terlebih jika istri kita adalah orang yang baru berhijrah maka akan sedikit sulit untuk diterima meski banyak juga wanita yang baru berhijrah sangat mudah sekali untuk menjalankan kewajibanya.

2. Waktu

Memilih waktu untuk memberi pelajaran kepada istri sangatlah diperlukan terlebih jika kita dan istri kita adalah orang yang sama- sama sibuk, waktu yang tepat akan memberikan suasana yang berbeda ketika kita ingin menasehati istri dan memberi pelajaran kepada istri tentang pentingnya berhijab, waktu itu bisa digunakan ketika seorang suami dan istri mendapatkan hari libur yang sama, sang suami boleh mengajak istrinya untuk pergi ketempat kajian jika memang sang suami kurang memahami ilmu islam atau cara dalam menyampaikanya, jika sang suami adalah orang yang cukup faham tentang urgensi hijab maka bisa menggunakan cara lain, yaitu dengan mengajak istri ketempat yang popular oleh istri kita, atau tempat dimana anda dan istri anda dulu pernah bernostalgia bersama sama, ketika diawal awal pernikahan yang semakin kesini anda dan istri anda jarang merasakanya karena suatu kesibukan, tempat yang tenang dan romantis akan menjadi kesan tersendiri dihati sang istri ketika anda ingin menyampaikan ilmu islam secara kontinyu.

3. Hadiah

Fungsi hadiah itu sendiri adalah untuk membahagiakan orang yang kita sayangi dan cintai terlebih istri kita sendiri, dengan hadiah seseorang akan merasakan betapa dia selalu diperhatikan dan dipedulikan, maka kesempatan untuk memberikan hadiah kepada seorang istri janganlah dilupakan oleh suami, kita bisa memodifikasi hadiah kita untuk sang istri dengan memberinya sebuah hijab yang baik menurut syariat islam atu mungkin dengan membelikanya satu set baju berhijab lengkap dengan buku pedoman menjadi wanita muslimah lagi sholehah (bukan iklan:-D), dengan diberikanya hadiah sang istri akan merasakan bahwa dirinya begitu berarti bagi sang suami, betapa suami ingin sekali lagi bertemu disurganya Allah subhanahuwa ta’ala beserta anak-anaknya.

4. Akhlaq yang baik

Semakin baik akhlaq suami kepada orang lain dan istri akan semakin baik pula tingkah laku istri kita, tapi bukan berarti suami menggunakan hijab kemudian baru sang istri ikut berhijab (bahaya). Karena istri  adalah cerminan diri kita sendiri karena tulang rusuk adalah pasangan tulang yang ada didalam diri sang suami, dengan ucapan yang baik dan halus serta mudah diterima maka sang istri akan mudah untuk menerima setiap masukan yang diberikan sang suami kepada istri.


Sebaik baik suami adalah yang paling baik tingkah lakunya terhadap para istrinya, dan sebaik baiknya istri adalah yang paling taat kepada suaminya dalam rangka beribadah kepada Allah wallahu a’lam

Monday, July 25, 2016

Surga ditengah tangga Cinta






Surga ditengah tangga Cinta

Didalam kerinduan yang mendalam kutuliskan secercah kepastian
Meniti jalan yang kian terpampang
Menanti sang pangeran dengan raga penuh debu perjuangan
Datang dengan ucapan syahdu dan merindu
Merangkul dengan kasih dan sayang tidak terbelenggu
Mengecup kening yang berpuasa sekian waktu
Bait doa ini tidak akan pernah berhenti mengucapmu
Sebelum azam dan Tuhanku melepaskan dirimu dalam hatiku

Biarkan angin ini menemaniku saat ini
Menuliskan rasa rinduku yang tidak terobati
Menemukan ketenangan cinta yang semakin hari terpatri
Tentang kisah dan cita mu yang tinggi
Ingin mendampingi
Diriku dan dirimu di surga nanti

Cintamu pada Ilahi takan terkalahkan oleh musuh islam yang menanti
Meski kan kau dapati diujung jalan ini engkau bertemu mati
Ketaatanmu pada Robbul Izzati memadamkan api ketakutakan Syaitoni
Sampai dimana akupun menjumpaimu dengan senyuman kesahidan yang menghiasi

Saat ini ingin kuraih tangan dan pundakmu
Memangku dagu dan harapanku
Tentang cerita hidupku dan hidupmu
Tentang arti cinta yang hadir menyertaimu
Tentang cinta dan kasih yang hadir bukan karena nafsu
Kini aku benar mencintaimu lebih dari masa lalu
Aku mencintaimu yang tidak akan bisa di ungkapkan oleh pena
Aku yang mencintaimu yang keyboard akan berhenti jika menuliskanya

Namun cinta dan kasih ini tiada akan melebihi cintaku kepada Rabbku dan Rabbmu
Kini dan nanti semoga kereta dakwah kan mengantarkan kita
Diujung jalan penuh bahagia
Di ujung tangga menuju surga Allah yang kekal selamanya.


Thursday, July 21, 2016

7 Cara Cepat Mendapatkan dan Menemukan Jodoh Menurut Islam

7 Cara Cepat Mendapatkan dan Menemukan Jodoh Menurut Islam


Allah mempunyai tiga pilihan dalam menjodohkan manusia satu sama lain. Pilihan pertama adalah cepat mendapatkan jodoh. Pilihan kedua, lambat mendapatkan jodoh, tapi suatu saat pasti mendapatkannya di dunia. Pilihan ketiga adalah tidak mendapatkan jodoh di dunia tapi mendapatkannya di akhirat kelak. Apapun pilihan jodoh yang ditentukan Allah, maka hal itu adalah hal yang terbaik untuk kita.



Ada 7 cara mencari jodoh menurut Islam yang merupakan bagian dari ikhtiar kita sebagai manusia. 



1. Memperbaiki diri


Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shalih, maka kita harus menjadi orang yang yang berusaha menjadi shalihah juga, karna jodoh adalah cerminan diri kita sendiri seperti maksud yang terkandung dalam firman Allah.



“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS. An-Nur: 26).



2. Tidak putus asa dalam berdoa



Jangan pernah berputus asa untuk berdoa. Doa yang baik untuk mendapatkan jodoh adalah doa yang terdapat dalam surat Al Furqon ayat 74 : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.



Agar doa lebih terkabul, perhatikan juga adab-adab berdoa dalam Islam. Jadi jangan berdoa menurut versi kita sendiri. Berdoalah menurut apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, niscaya doa kita akan lebih terkabul.



3. Memperbanyak ibadah sunnah



Agar jodoh kita semakin cepat datang, kita juga perlu mendekati Allah dengan ekstra dekat. Caranya tidak hanya mengandalkan ibadah wajib, tapi juga dengan menambah ibadah-ibadah sunnah seperti sholat tahajjud, sholat dhuha, shaum, tilawah Al Qur’an, infaq, dan lain-lain. Lakukan ibadah sunnah ini secara rutin setiap hari agar iman kita bertambah dan doa kita semakin dikabulkan Allah Swt.



4. Memiliki kriteria yang tidak muluk



Mengapa jodoh sulit datang kepada kita? Salah satunya mungkin disebabkan karena kriteria jodoh kita terlalu muluk. Kita ingin jodoh yang mapan, ganteng/cantik, berpangkat, keturunan baik-baik dan beriman. Keinginan semacam itu sah-sah saja, tapi jika hal tersebut dijadikan syarat untuk jodoh kita maka kita telah mempersulit diri sendiri.



Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan jika kita tidak dapat memperoleh semuanya, maka pilihlah yang agamanya paling baik. Hal itu berarti mungkin saja jodoh kita orang yang miskin, tidak berpangkat, bukan keturunan orang baik, akan tetapi kita perlu menerimanya asalkan memiliki agama/akhlaq yang baik. Jangan kita menginginkan kesempurnaan dari orang lain, sedangkan diri kita tidaklah sempurna



5. Memperluas pergaulan



Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah memperluas pergaulan. Dengan pergaulan yang luas kita juga lebih banyak mendapatkan pilihan. Seringkali jodoh itu datang bukan dari perkenalan langsung, tapi dari kenalan teman kita. Itulah gunanya pergaulan yang luas. Ibarat seorang nelayan yang menebarkan jaringan yang luas untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak.



6. Meminta bantuan orang lain atau orang terpercaya



Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah meminta tolong kepada orang lain yang reputasinya baik. Orang tersebut bisa saja guru mengaji, murobbi, teman, orang tua, saudara, dan lain-lain. Jangan malu-malu untuk meminta bantuan kepada mereka dan jangan malu-malu juga untuk mengulangi permintaan kita secara rutin agar orang tersebut ingat bahwa kita meminta bantuan kepadanya.



7. Menyatakan hasrat secara langsung



Bisa juga seorang wanita mendapatkan jodoh dengan cara menyatakan langsung kepada lelaki yang baik agamanya bahwa kita siap menikah dengannya. Ini adalah cara yang masih asing dalam budaya Indonesia. Namun cara ini sebenarnya Islami, karena pernah dilakukan Khadijah ra kepada Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Khadijah ra yang lebih dahulu menyatakan hasratnya kepada Nabi melalui perantaranya.

rumahzakat.com

Cara Mudah Menghafal Al-Qur'an Menurut (Syaikh Shalih bin Fauzan)


Cara Mudah Menghafal Al-Qur'an Menurut (Syaikh Shalih bin Fauzan)


Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apa nasihat anda kepada para pemuda dalam menempuh cara yang paling mudah untuk menghafal Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala ?

Jawaban.
Al-Qur’an itu dimudahkan dan sangat mudah menghafalnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” [Al-Qamar : 17]

Dan yang menentukan adalah kemauan orang dan ketulusan niatnya. Bila dia memiliki kemauan yang tulus dan keseriusan terhadap Al-Qur’an, maka Allah akan memudahkan dia untuk menghafalnya dan memudahkan Al-Qur’an untuk dihafal.

Ada beberapa hal yang membantu dalam mengahaflnya, seperti mengkhususkan waktu yang sesuai setiap hari. Engkau belajar kepada guru Al-Qur’an di masjid dan Alhamdulillah guru-guru Al-Qur’an sekarang sangat banyak (di Saudi, -pent). Engkau tidak mendapatkan satu perkampungan melainkan pasti di dalamnya ada orang yang mengajarkan Al-Qur’an. Ini kesempatan yang mulia sekali yang zaman dahulu belum pernah terjadi.

Maka seharusnya saudara kita ini memilih halaqah atau guru yang ada itu dan selalu hadir bersama guru tersebut sampai hafalannya tamat.

Engkau juga harus mengulang-ulang apa yang telah engkau baca, dua kali, tiga kali dan seterusnya, sampai hafalan itu melekat di hati dan ingatanmu. Dan kewajibanmu adalah mengamalkan Kitab Allah ini, karena hal itu merupakan wasilah (sarana) yang paling agung untuk mempelajarinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan bertakwalah kamu kepada Allah : Allah mengajarmu ; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Al-Baqarah : 282]

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 32-34 Darul Haq]

Wednesday, July 20, 2016

10 Alasan Laki-Laki Wajib Shalat Berjamaah Di Masjid

10 Alasan Kenapa Laki-Laki Wajib Shalat Berjamaah Di Masjid

Memang ada ikhtilaf ulama apakah Wajib Ain bagi laki-laki hukumnya shalat berjamaah di masjid atau hukumnya sunnah saja. Akan tetapi pendapat terkuat hukumnya wajib. Dengan beberapa alasan berikut:




1. Allah yang langsung memerintahkan dalam al-Quran agar shalat berjamaah.



Allah Ta’ala berfirman,


وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ


“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (Al-Baqarah: 43)


Ibnul Qayyim Al-Jauziyahrahimahullah berkata,


، فلا بد لقوله { مع الراكعين } من فائدة أخرى وليست إلا فعلها مع جماعة المصلين والمعية تفيد ذلك


“makna firman Allah “ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’, faidahnya yaitu tidaklah dilakukan kecuali bersama jamaah yang shalat dan bersama-sama.” Ash-Shalatu wa hukmu tarikihahal. 139-141


2. Saat-saat perang berkecamuk, tetap diperintahkan shalat berjamaah. Maka apalagi suasana aman dan tentram. Dan ini perintah langsung dari Allah dalam al-Quran


Allah Ta’ala berfirman,


وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاَةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةُُ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلِيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِن وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم مَّيْلَةً وَاحِدَةً وَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًى مِّن مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَى أَن تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا حِذْرَكُمْ إِنَّ اللهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا


“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu.” (An-Nisa’ 102)


Ibnu Mundzir rahimahullah berkata,


ففي أمر الله بإقامة الجماعة في حال الخوف : دليل على أن ذلك في حال الأمن أوجب .


“pada perintah Allah untuk tetap menegakkan shalat jamaah ketika takut (perang) adalah dalil bahwa shalat berjamaah ketika kondisi aman lebih wajib lagi.” Al- Ausath 4/135


Ibnul Qayyim Al-Jauziyahrahimahullah menjelaskan,


وفي هذا دليل على أن الجماعة فرض على الأعيان إذ لم يسقطها سبحانه عن الطائفة الثانية بفعل الأولى، ولو كانت الجماعة سنة لكان أولى الأعذار بسقوطها عذر الخوف، ولو كانت فرض كفاية لسقطت بفعل الطائفة الأولى …وأنه لم يرخص لهم في تركها حال الخوف


“Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu ain bukan hanya sunnah atau fardhu kifayah, Seandainya hukumnya sunnah tentu keadaan takut dari musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan fardhu kifayah karena Alloh menggugurkan kewajiban berjamaah atas rombongan kedua dengan telah berjamaahnya rombongan pertama… dan Allah tidak memberi keringanan bagi mereka untuk meninggalkan shalat berjamaah dalam keadaan ketakutan (perang).“[3] Kitab Sholah hal. 138, Ibnu Qoyyim


3.Orang buta yang tidak ada penuntut ke masjid tetap di perintahkan shalat berjamaah ke masjid jika mendengar adzan, maka bagaimana yang matanya sehat?


Dari Abu Hurairah radhiallahu anhudia berkata,


أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ


“Seorang buta pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berujar, “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah, maka beliaupun memberikan keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliau kembali bertanya, “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (azan)?” laki-laki itu menjawab, “Ia.” Beliau bersabda, “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat).” HR. Muslim no. 653


Dalam hadits yang lain yaitu, Ibnu Ummi Maktum (ia buta matanya). Dia berkata,


يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمَدِينَةَ كَثِيرَةُ الْهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَسْمَعُ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ فَحَىَّ هَلاَ ».


“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan tersebut”.” HR. Abu Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih


4.Wajib shalat berjamaah di masjid jika mendengar adzan


Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ


“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali bila ada uzur.” HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 1077 dan Irwa’ al-Ghalil no. 551


5.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman kepada laki-laki yang tidak shalat berjamaah di masjid dengan membakar rumah mereka.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لَا يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ

“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh.Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651


Ibnu Mundzir rahimahullah berkata,


وفي اهتمامه بأن يحرق على قوم تخلفوا عن الصلاة بيوتهم أبين البيان على وجوب فرض الجماعة

“keinginan beliau (membakar rumah) orang yang tidak ikut shalat berjamaah di masjid merupakan dalil yang sangat jelas akan wajib ainnya shalat berjamaah di masjid”Al-Ausath 4/134


6.tidak shalat berjamaah di masjid di anggap “munafik” oleh para sahabat.


Dari Abdullah bin Mas’udradhiallahu anhu dia berkata:


وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ

“Menurut pendapat kami (para sahabat), tidaklah seseorang itu tidak hadir shalat jamaah, melainkan dia seorang munafik yang sudah jelas kemunafikannya.Sungguh dahulu seseorang dari kami harus dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan si shaff (barisan) shalat yang ada.” HR. Muslim no. 654


7.shalat berjamaah mendapat pahala lebih banyak


Dalam satu riwayat 27 kali lebih banyak


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً


“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat.”HR. Bukhari


diriwayat yang lain 25 kali lebih banyak:


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَعْدِلُ خَمْسًا وَعِشْرِينَ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ


“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 25 derajat.”
HR. Muslim


Banyak kompromi hadits mengenai perbedaan jumlah bilangan ini. Salah satunya adalah “mafhum adad” yaitu penyebutan bilangan tidak membatasi.


8.keutamaan shalat berjamaah yang banyak


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ


“Barang siapa shalat isya dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat setengah malam. Barang siapa shalat isya dan subuh dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat semalam penuh.”Fathul Bari 2/154—157



9. tidak shalat berjamaah akan dikuasai oleh setan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ


“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itutetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).”
[13] HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi



10.amal yang pertama kali dihisab adalah shalat, jika baik maka seluruh amal baik dan sebaliknya, apakah kita pilih shalat yang sekedarnya saja atau meraih pahala tinggi dengan shalat berjamaah?


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,



إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلَاةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ


“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui,“Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.” HR. Abu Daud no. 964, At-Tirmizi no. 413 dishahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2571




Khusus bagi yang mengaku mazhab Syafi’i (mayoritas di Indonesia), maka Imam Syafi’i mewajibkan shalat berjamaah dan tidak memberi keringanan (rukshah).




Imam Asy Syafi’i rahimahullahberkata,



وأما الجماعة فلا ارخص في تركها إلا من عذر



“Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.” Ash Shalah wa Hukmu Tarikihahal. 107