Monday, January 2, 2017

Tidak Akan Terlambat Berbakti Kepada Kedua Orang Tua


Bagi Yang Orang Tuanya Sudah Meninggal, Belum Habis Kesempatan Untuk  Berbakti

● Banyaklah memintakan AMPUN untuknya.
Karena Nabi tercinta -shollalohu alaihi wasallam- pernah bersabda :
إن الرجل لترفع درجته في الجنة، فيقول: أنى هذا؟ فيقال: باستغفار ولدك لك
“Sungguh, ada seseorang DINAIKKAN DERAJATNYA di surga, sehingga dia bertanya : "Dari mana ini?". Maka dikatakan padanya : "Itu karena PERMINTAAN AMPUN ANAKMU untukmu".
[HR. Ibnu Majah: 3660, dihasankan oleh Syeikh Albani].

● Cara Berbakti pada Orang Tua Setelah Mereka Tiada


Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,
ﺑَﻴْﻨَﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺇِﺫَﺍ ﺟَﺎﺀَﻩُ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦْ ﺑَﻨِﻰ ﺳَﻠِﻤَﺔَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫَﻞْ ﺑَﻘِﻰَ ﻣِﻦْ ﺑِﺮِّ ﺃَﺑَﻮَﻯَّ ﺷَﻰْﺀٌ ﺃَﺑَﺮُّﻫُﻤَﺎ ﺑِﻪِ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﻮْﺗِﻬِﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻧَﻌَﻢِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻤَﺎ ﻭَﺍﻻِﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭُ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻭَﺇِﻧْﻔَﺎﺫُ ﻋَﻬْﺪِﻫِﻤَﺎ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻫِﻤَﺎ ﻭَﺻِﻠَﺔُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻢِ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻻَ ﺗُﻮﺻَﻞُ ﺇِﻻَّ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﻭَﺇِﻛْﺮَﺍﻡُ ﺻَﺪِﻳﻘِﻬِﻤَﺎ ‏» .

“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “ Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya .”
(HR. Abu Daud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan )
Dalam hadits yang lain, kita dapat melihat bagaimana bentuk berbakti pada orang tua yang telah meninggal dunia lewat berbuat baik pada keluarga dari teman dekat orang tua.

Ibnu Dinar meriwayatkan, ‘
Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata bahwa ada seorang lelaki Badui bertemu dengan Ibnu Umar di tengah perjalanan menuju Makkah. Kemudian ‘Abdullah bin ‘Umar memberi salam dan mengajaknya untuk naik ke atas keledainya serta memberikan sorban yang dipakai di kepalanya. Ibnu Dinar berkata kepada Ibnu Umar, “Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu, sesungguhnya orang itu adalah orang Badui dan sebenarnya ia diberi sedikit saja sudah senang.” ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Sesungguhnya ayah Badui tersebut adalah kenalan baik (ayahku) Umar bin Al-Khattab. Sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺃَﺑَﺮَّ ﺍﻟْﺒِﺮِّ ﺻِﻠَﺔُ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﺃَﻫْﻞَ ﻭُﺩِّ ﺃَﺑِﻴﻪ

“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya. ” (HR. Muslim no. 2552)

Dalam riwayat yang lain, Ibnu Dinar bercerita tentang Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma , “Apabila Ibnu ‘Umar pergi ke Makkah, beliau selalu membawa keledai sebagai ganti unta apabila ia merasa jemu, dan ia memakai sorban di kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia pergi ke Makkah dengan keledainya, tiba-tiba seorang Arab Badui lewat, lalu Ibnu Umar bertanya kepada orang tersebut, “Apakah engkau adalah putra dari si fulan?” Ia menjawab, “Betul sekali.” Kemudian Ibnu Umar memberikan keledai itu kepadanya dan berkata, “Naiklah di atas keledai ini.” Ia juga memberikan sorbannya (imamahnya) seraya berkata, “Pakailah sorban ini di kepalamu.”

Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepadanya, “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu yang telah memberikan orang Badui ini seekor keledai yang biasa kau gunakan untuk bepergian dan sorban yang biasa engkau pakai di kepalamu.” Ibnu Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﻣِﻦْ ﺃَﺑَﺮِّ ﺍﻟْﺒِﺮِّ ﺻِﻠَﺔَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺃَﻫْﻞَ ﻭُﺩِّ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﺑَﻌْﺪَ ﺃَﻥْ ﻳُﻮَﻟِّﻰَ
“ Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya setelah meninggal dunia. ”Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat baik (ayahku) Umar (bin Al-Khattab).
Bisa jadi pula bentuk berbuat baik pada orang tua adalah dengan bersedekah atas nama orang tua yang telah meninggal dunia.

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma , ia berkata,
ﺃَﻥَّ ﺳَﻌْﺪَ ﺑْﻦَ ﻋُﺒَﺎﺩَﺓَ – ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﺗُﻮُﻓِّﻴَﺖْ ﺃُﻣُّﻪُ ﻭَﻫْﻮَ ﻏَﺎﺋِﺐٌ ﻋَﻨْﻬَﺎ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺃُﻣِّﻰ ﺗُﻮُﻓِّﻴَﺖْ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻏَﺎﺋِﺐٌ ﻋَﻨْﻬَﺎ ، ﺃَﻳَﻨْﻔَﻌُﻬَﺎ ﺷَﻰْﺀٌ ﺇِﻥْ ﺗَﺼَﺪَّﻗْﺖُ ﺑِﻪِ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻧَﻌَﻢْ ‏» . ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺈِﻧِّﻰ ﺃُﺷْﻬِﺪُﻙَ ﺃَﻥَّ ﺣَﺎﺋِﻄِﻰ ﺍﻟْﻤِﺨْﺮَﺍﻑَ ﺻَﺪَﻗَﺔٌ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ
“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah
radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat .’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.”
(HR. Bukhari no. 2756)
Sedekah untuk mayit akan bermanfaat baginya berdasarkan kesepakatan (ijma’) kaum muslimin. Lihat Majmu’ Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 24: 314.

● Bentuk Bakti Anak
Bentuk berbakti dengan orang tua ketika mereka berdua atau salah satunya telah meninggal dunia adalah :
》Mendo’akan kedua orang tua.
》Banyak meminta ampunan pada Allah untuk kedua orang tua.
》Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia.
》Menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin.
》Memuliakan teman dekat keduanya.
》Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.
Semoga bisa diamalkan.

Selama orang tua masih hidup, itulah kesempatan kita terbaik untuk berbakti pada orang tua. Karena berbakti pada keduanya adalah jalan termudah untuk masuk surga.
Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪُ ﺃَﻭْﺳَﻂُ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻓَﺈِﻥْ ﺷِﺌْﺖَ ﻓَﺄَﺿِﻊْ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﺒَﺎﺏَ ﺃَﻭِ ﺍﺣْﻔَﻈْﻪُ
“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya .”
(HR. Tirmidzi no. 1900, Ibnu Majah no. 3663 dan Ahmad 6: 445. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Al-Qadhi Baidhawi mengatakan,
“Bakti pada orang tua adalah pintu terbaik dan paling tinggi untuk masuk surga. Maksudnya, sarana terbaik untuk masuk surga dan yang mengantarkan pada derajat tertinggi di surga adalah lewat mentaati orang tua dan berusaha mendampinginya.
Ada juga ulama yang mengatakan,
‘Di surga ada banyak pintu. Yang paling nyaman dimasuki adalah yang paling tengah. Dan sebab untuk bisa masuk surga melalui pintu tersebut adalah melakukan kewajiban kepada orang tua.’
(Tuhfah Al-Ahwadzi , 6: 8-9).
Kalau orang tua kita masih hidup, manfaatkanlah kesempatan berbakti padanya walau sesibuk apa pun kita.
Wallahu Waliyyut Taufiq,
Hanya Allah Yang Memberi Taufik.
______________________
Artikel Rumaysho.Com

Syaikhah Rahmah El Yunusiyyah Pahlawan Pendidikan yang Dilupakan

http://islamediaku.blogspot.co.id/2017/01/syaikhah-rahmah-el-yunusiyyah-pahlawan.html


Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah (1900-1969) adalah salah satu pahlawan wanita milik bangsa Indonesia, yang dengan hijab syar’i-nya tak membatasi segala aktifitas dan semangat perjuangannya.

Rahmah, begitu ia biasa dipanggil, adalah seorang guru, pejuang pendidikan, pendiri sekolah Islam wanita pertama di Indonesia, aktifis kemanusiaan, anggota parlemen wanita RI, dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.

Ketika Rahmah bersekolah, dengan bercampurnya murid laki-laki dan perempuan dalam kelas yang sama, menjadikan perempuan tidak bebas dalam mengutarakan pendapat dan menggunakan haknya dalam belajar. Ia mengamati banyak masalah perempuan terutama dalam perspektif fiqih tidak dijelaskan secara rinci oleh guru yang notabene laki-laki, sementara murid perempuan enggan bertanya. Kemudian Rahmah mempelajari fiqih lebih dalam kepada Abdul Karim Amrullah di Surau Jembatan Besi, dan tercatat sebagai murid-perempuan pertama yang ikut belajar fiqih, sebagaimana dicatat oleh Hamka.

Setelah itu, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah Lil Banaat (Perguruan Diniyah Putri) di Padang Panjang sebagai sekolah agama Islam khusus wanita pertama di Indonesia. Ia menginginkan agar perempuan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan fitrah mereka dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tekadnya, “Kalau saya tidak mulai dari sekarang, maka kaum saya akan tetap terbelakang. Saya harus mulai, dan saya yakin akan banyak pengorbanan yang dituntut dari diri saya. Jika lelaki bisa, kenapa perempuan tidak bisa?”

Rahmah meluaskan penguasaannya dalam beberapa ilmu terapan agar dapat diajarkan pada murid-muridnya. Ia belajar bertenun tradisional, juga secara privat mempelajari olahraga dan senam dengan seorang guru asal Belanda. Selain itu, ia mengikuti kursus kebidanan di beberapa rumah sakit dibimbing beberapa bidan dan dokter hingga mendapat izin membuka praktek sendiri.

Berbagai ilmu lainnya seperti ilmu hayat dan ilmu alam ia pelajari sendiri dari buku. Penguasaan Rahmah dalam berbagai ilmu ini yang ia terapkan di Diniyah Putri dan dilimpahkan semua ilmunya itu kepada murid-murid perempuannya.

Pada 1926, Rahmah juga membuka program pemberantasan buta huruf bagi ibu-ibu rumah tangga yang belum sempat mengenyam pendidikan dan dikenal dengan nama Sekolah Menyesal.

Selama pemerintahan kolonial Belanda, Rahmah menghindari aktifitas di jalur politik untuk melindungi kelangsungan sekolah yang dipimpinnya. Ia memilih tidak bekerja sama dengan pemerintah penjajah. Ketika Belanda menawarkan kepada Rahmah agar Diniyah Putri didaftarkan sebagai lembaga pendidikan terdaftar agar dapat menerima subsidi dari pemerintah, Rahmah menolak, mengungkapkan bahwa Diniyah Putri adalah sekolah milik ummat, dibiayai oleh ummat, dan tidak memerlukan perlindungan selain perlindungan Allah. Menurutnya, subsidi dari pemerintah akan mengakibatkan keleluasaan pemerintah dalam memengaruhi pengelolaan Diniyah Putri.

Kiprah Rahmah di jalur pendidikan membuatnya mendapatkan perhatian luas. Ia duduk dalam kepengurusan Serikat Kaum Ibu Sumatera (SKIS). Pada 1935, ia diundang mengikuti Kongres Perempuan Indonesia di Batavia. Dalam kongres, ia memperjuangkan hijab sebagai kewajiban bagi muslimah dalam menutup aurat ke dalam kebudayaan Indonesia.

Pada April 1940, Rahmah menghadiri undangan Kongres Persatuan Ulama Seluruh Aceh. Ia dipandang oleh ulama-ulama Aceh sebagai ulama perempuan terkemuka di Sumatera.

Kedatangan tentara Jepang di Minangkabau pada Maret 1942 membawa berbagai perubahan dalam pemerintahan dan mengurangi kualitas hidup penduduk non-Jepang. Selama pendudukan Jepang, Rahmah ikut dalam berbagai kegiatan Anggota Daerah Ibu (ADI) yang bergerak di bidang sosial. Dalam situasi perang, Rahmah bersama para ADI mengumpulkan bantuan makanan dan pakaian bagi penduduk yang kekurangan. Ia memotivasi penduduk yang masih bisa makan untuk menyisihkan beras segenggam setiap kali memasak untuk dibagikan bagi penduduk yang kekurangan makanan. Kepada murid-muridnya, ia menginstruksikan bahwa seluruh taplak meja dan kain pintu yang ada pada Diniyah Putri dijadikan pakaian untuk penduduk.

Selain itu, Rahmah bersama para anggota ADI menentang pengerahan perempuan Indonesia sebagai wanita penghibur untuk tentara Jepang. Tuntutan ini dipenuhi oleh pemerintah Jepang dan tempat prostitusi di kota-kota Sumatera Barat berhasil ditutup.

Terimbas oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said yang terjun ke politik lebih dahulu, dan dengan kondisi Indonesia yang semakin terpuruk oleh penjajah Jepang, akhirnya Rahmah terjun ke dunia politik. Ia bergabung dengan Majelis Islam Tinggi Minangkabau yang berkedudukan di Bukittinggi. Ia menjadi Ketua Hahanokai di Padang Panjang untuk membantu perjuangan perwira yang terhimpun dalam Giyugun (semacam tentara PETA).

Seiring memuncaknya ketegangan di Padang Panjang, Rahmah membawa sekitar 100 orang muridnya mengungsi untuk menyelamatkan mereka dari serbuan tentara Jepang. Selama pengungsian, ia menanggung sendiri semua keperluan murid-muridnya. Ketika terjadi kecelakaan kereta api pada 1944 dan 1945 di Padang Panjang, Rahmah menjadikan bangunan sekolah Diniyah Putri sebagai tempat perawatan korban kecelakaan.

Hal ini membuat Diniyah Putri mendapatkan piagam penghargaan dari pemerintah Jepang. Menjelang berakhirnya pendudukan, Jepang membentuk Cuo Sangi In yang diketuai oleh Muhammad Sjafei dan Rahmah duduk sebagai anggota peninjau.

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Setelah mendapatkan berita tentang proklamasi kemerdekaan langsung dari Ketua Cuo Sangi In, Muhammad Sjafei, Rahmah segera mengibarkan bendera Merah Putih di halaman perguruan Diniyah Putri. Ia tercatat sebagai orang yang pertama kali mengibarkan bendera Merah Putih di Sumatera Barat. Berita bahwa bendera Merah Putih berkibar di sekolahnya menjalar ke seluruh pelosok daerah.

Ketika Komite Nasional Indonesia terbentuk sebagai hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 22 Agustus 1945, Soekarno yang melihat kiprah Rahmah mengangkatnya sebagai salah seorang anggota.

Pada 5 Oktober 1945, Soekarno mengeluarkan dekrit pembentukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pada 12 Oktober 1945, Rahmah memelopori berdirinya TKR untuk Padang Panjang dan sekitarnya. Ia memanggil dan mengumpulkan bekas anggota Giyugun, mengusahakan logistik dan pembelian beberapa kebutuhan alat senjata dari harta yang dimilikinya. Bersama dengan bekas anggota Hahanokai, Rahmah mengatur dapur umum di kompleks perguran Diniyah Putri untuk kebutuhan TKR. Anggota-anggota TKR ini menjadi tentara inti dari Batalyon Merapi yang dibentuk di Padang Panjang.

Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda kedua, Belanda menangkap sejumlah pemimpin-pemimpin Indonesia di Padang Panjang. Rahmah meninggalkan kota dan bersembunyi di lereng Gunung Singgalang. Namun, ia ditangkap Belanda pada 7 Januari 1949 dan mendekam di tahanan wanita di Padang Panjang. Setelah tujuh hari, ia dibawa ke Padang dan ditahan di sebuah rumah pegawai kepolisian Belanda berkebangsaan Indonesia. Ia melewatkan 3 bulan di Padang sebagai tahanan rumah, sebelum diringankan sebagai tahanan kota selama 5 bulan berikutnya.

Pada Oktober 1949, Rahmah meninggalkan Kota Padang untuk menghadiri undangan Kongres Pendidikan Indonesia di Yogyakarta. Ia baru kembali ke Padang Panjang setelah mengikuti Kongres Muslimin Indonesia di Yogyakarta pada akhir 1949. Rahmah bergabung dengan Partai Islam Masyumi. Dalam pemilu 1955, ia terpilih sebagai anggota Konstituante mewakili Sumatera Tengah. Melalui Konstituante, ia membawa aspirasinya akan pendidikan dan pelajaran agama Islam.

Pada 1956, Imam Besar Al-Azhar, Kairo, Mesir, Abdurrahman Taj, berkunjung ke Indonesia dan atas ajakan Muhammad Natsir, berkunjung untuk melihat keberadaan Diniyah Putri. Imam Besar tersebut mengungkapkan kekagumannya pada Diniyah Putri, sementara Universitas Al-Azhar sendiri saat itu belum memiliki bagian khusus perempuan.

Pada Juni 1957, Rahmah berangkat ke Timur Tengah. Usai menunaikan ibadah haji, ia mengunjungi Mesir memenuhi undangan Imam Besar Al-Azhar. Dalam satu Sidang Senat Luar Biasa, Rahmah mendapat gelar kehormatan “Syaikhah” dari Universitas Al-Azhar, dimana untuk kali pertama Al-Azhar memberikan gelar kehormatan itu pada perempuan.

Hamka mencatat, Diniyah Putri mempengaruhi pimpinan Al-Azhar untuk membuka Kuliyah Qismul Banaat (kampus khusus wanita) di Universitas Al-Azhar. Sejak saat itu Universitas Al-Azhar yang berumur 11 abad membuka kampus khusus wanita, yang diinspirasi dari Diniyah Putri di Indonesia yang baru seumur jagung.

Sebelum kepulangannya ke Indonesia, Rahmah mengunjungi Syria, Lebanon, Jordan, dan Iraq atas undangan para pemimpin negara tersebut.

Sekembalinya dari kunjungan ke berbagai negara di Timur Tengah, Rahmah merasa bahwa Soekarno telah terbawa arus kuat PKI. Ia merasa tidak nyaman berjuang di Jakarta, kemudian memilih kembali pulang ke Padang Panjang. Rahmah melihat bahwa mencurahkan perhatiannya untuk memimpin perguruannya akan lebih bermanfaat daripada duduk di kursi parlemen sebagai anggota DPR yang sudah dikuasai komunis. Ketika terjadi PRRI di Sumatera Tengah akhir 1958, akibat ketidaksetujuan atas sepak terjang Soekarno, Rahmah ikut bergerilya di tengah rimba bersama tokoh-tokoh PRRI dan rakyat yang mendukungnya.

Pada 1964, ia menjalani operasi tumor payudara di RS Pirngadi, Medan. Sejak itu hingga akhir hayatnya, hidupnya didedikasikan kembali sepenuhnya untuk Diniyah Putri.

Tampak pada foto, pahlawan ini mengenakan hijab syar’i dan baju kurung basiba dengan cara yang anggun, elegan dan modern yang menampakkan kecerdasannya dan kemajuannya dalam berpikir.

(redaksi;LuLu Basmah – diringkas dari berbagai sumber)

Perbedaan antara Hijab,Jilbab,Khimar dan Kerudung


Islamediaku - Menutup aurat bagi wanita muslimah sudah menjadi keharusan. Bahkan perintah agar wanita muslim menutup seluruh auratnya itu banyak Allah sebutkan dalam Al Quran.

Jilbab, Hijab, Khimar dan Kerudung adalah beberapa kata yang berkaitan dalam menutup aurat seorang muslimah. Namun, pada kenyataannya masih banyak muslimah yang belum memahami betul tentang arti dari Jilbab, Hijab, Khimar dan Kerudung.

Meski terlihat serupa, sebenarnya masing-masing istilah tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna dan penggunaannya.

Di Indonesia sendiri, yang memang mayoritas penduduknya muslim sudah mulai menyadari akan pentingnya menutup auratnya. Entah itu trend atau memang kesadaran pribadi, namun menutup aurat dengan penutup kepala sudah mulai berkembang di Tanah Air.

Dan wanita muslim hendaknya mampu menjalankan dan mengamalkan syariat berkerudung sesuai fungsi dan ajaran yang tepat. Termasuk dalam hal ini mampu membedakan pengertian dari Hijab, Jilbab, Khimar dan Kerudung.

  • Hijab

Secara harfiah hijab berarti penghalang atau penutup. Di Al Quran, dalam konteks ini, hijab berarti penutup secara umum baik tirai pembatas, kelambu ataupun tabir yang membuat seorang muslimah tertutupi dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah” (QS. Al Ahzab: 53)

  • Jilbab

Jilbab adalah busana terusan untuk menutupi seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan tangan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59)

  • Khimar

Khimar adalah kerudung yang menutupi kepala hingga leher dan dada. Sebagaimana firman Allah:

Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, “Agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya… (QS. An Nur: 31)

  • Kerudung

Sedangkan kerudung adalah penutup kepala. Dalam hal ini berkenaan dengan apapun yang bisa menutup kepala biasa di sebut kerudung, meskipun tidak menutup seluruh rambut dan leher.

Sumber: Tarbiyah.net

Sunday, January 1, 2017

Kampanye Bantuan 2 Juta Paket musim dingin Saudi Untuk Pengungsi Suriah


Kampanye bantuan Saudi untuk mendukung rakyat Suriah dengan mengirimkan paket bantuan terakhir yang terdiri dari pakaian musim dingin untuk para pengungsi di dalam wilayah Suriah.

Pakaian dikirim melalui kantor perwakilan di Turki. Paket bantuan terdiri dari pakaian dan selimut yang diproduksi oleh salah satu pabrik di Gaziantep, Turki dalam proyek bernama “Saudaraku, kehangatan Anda adalah tujuan saya” yang telah berjalan selama empat tahun terakhir. Tahun ini, kampanye mengalokasikan sebagian besar dari sumbangan untuk pengungsi dari Aleppo yang sedang menghadapi musim dingin tahun ini.

Paket bantuan musim dingin yang disiapkan tahun ini sekitar 2 juta paket, dimana setiap paket cukup untuk seluruh keluarga.

Murad al-Ban, manajer pabrik yang memproduksi pakaian untuk kampanye mengatakan: “Kami bekerja keras untuk memberikan pakaian tepat waktu tanpa penundaan Kami bekerja siang dan malam untuk memberikan pakaian untuk saudara-saudara kami pengungsi Suriah yang kini tinggal disekitar Suriah, Libanon dan Yordania. . ”

Sementara itu, kampanye untuk membantu rakyat Suriah masih berlanjut dengan mengumpulkan sumbangan di wilayah Arab Saudi dan jumlah total donasi yang dikumpulkan sejauh ini mencapai 273 juta riyal Saudi.

Al Arabiya
middleeastupdate.net

Porsi Kebaikan dan Keburukan


Merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim untuk mempelajari dan mengetahui kebaikan  sekaligus kejelekan.Seorang muslim hendaknya mempelajari dan mengetahui kebaikan beserta dalil-dalilnya, serta mempelajari dan mengetahui kejelekan beserta syubhat-syubhat (kerancuan-kerancuannya).

Sungguh Al-Qur’an datang untuk menjelaskan kebaikan dan kejelekan, menjelaskan keimanan dan kekufuran, menjelaskan tauhid dan syirik, halal dan haram.Al Qur’an tidak mencukupkan dengan menjelaskan tauhid, halal atau kebaikan saja, bahkan menjelaskan lawan-lawannya.

Demikian juga Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam di dalam sunnahnya menjelaskan kebaikan dan kejelekan, menjelaskan al-haq dan al-bathil.Para ulama pun melalui tulisan-tulisan atau karya-karya mereka menjelaskan tauhid dan syirik, menjelaskan keimanan dan kekufuran, menjelaskan keyakinan Ahlussunnah dan menjelaskan keyakinan kelompok-kelompok yang menyimpang.Para ulama juga menjelaskan pergaulan-pergaulan yang benar dan pergaulan-pergaulan yang diharamkan, pernikahan yang benar sekaligus pernikahan yang batil (tidak benar) dan rusak, adab-adab yang baik dan adab-adab jelek yang menyelisihinya.Semua itu agar seorang muslim berada di atas ilmu pada setiap urusannya, sampai dia mengetahui kebenaran dengan dalil-dalilnya dan mengetahui kejelekan dan syubhat-syubhatnya.

Sehingga kita dapati di dalam kitab-kitab aqidah, adanya penjelasan tentang aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah sekaligus penjelasan tentang aqidah-aqidah sesat, kerancuan-kerancuannya beserta bantahan-bantahannya, agar seorang muslim tidak tertipu dengan ucapan-ucapan yang manis tapi batil dan pendapat-pendapat yang menyimpang.

Tujuan Mengetahui Kejelekan

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim dari seorang sahabat yang mulia Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata : “Dahulu manusia (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejelekan karena aku takut kejelekan itu akan menimpa diriku”.

Dalam hadits ini, Hudzaifah radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada Nabi tentang kejelekan karena beliau takut kejelekan itu akan menimpanya.Ini menunjukkan bahwa tidak cukup seseorang itu hanya mempelajari kebaikan saja.Bahkan merupakan keharusan baginya untuk mengetahui kejelekan agar dia terhindar darinya.Jika dia tidak mengetahui kejelekan, maka dikhawatirkan dia akan terjatuh ke dalam kejelekan tersebut.Seorang penyair berkata :

“Aku mengetahui kejelekan bukan untuk aku lakukan, tapi agar aku terhindar darinya

Dan barangsiapa yang tidak mengetahui kejelekan dari kebaikan, maka dia akan terjerumus padanya”

Maka merupakan suatu keharusan bagi seseorang untuk mempelajari dan mengetahui kebenaran beserta dalil-dalilnya sekaligus mengetahui kejelekan beserta kerancuan-kerancuannya, agar ia selamat dari kejelekan.Selain itu juga, agar ia bisa memperingatkan manusia dari kejelekan itu.Memperingatkan manusia dari kejelekan merupakan bentuk kecintaan seorang muslim terhadap saudara muslim yang lain.Ketika seorang muslim benci untuk melakukan kejelekan, maka demikian juga dia benci saudaranya melakukan kejelekan itu.Jika seseorang tidak mengetahui kejelekan, maka bagaimana dia mampu menghindar darinya dan bagaimana pula dia mampu memperingatkan manusia dari kejelekan ?!

Dari uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan mempelajari dan mengetahui kejelekan adalah :

Agar dirinya terhindar dari kejelekan itu.
Untuk memperingatkan dan menyelamatkan orang lain dari kejelekan itu.


Keadaan Manusia Pada Masa Jahiliah

Yang dimaksud jahiliah disini adalah masa atau zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.

Sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, manusia seluruhnya berada dalam kesesatan dan kekufuran.Hal ini disebabkan risalah orang-orang terdahulu telah terhapus dan sirna.Orang-orang Yahudi telah mengubah kitab mereka, yaitu Taurat.Mereka telah memasukkan kekufuran, kesesatan, dan perkara-perkara keji lainnya ke dalam Taurat.

Demikian juga orang-orang Nashara.Mereka menyelewengkan kitab Injil.Kisahnya, ketika itu ada seseorang yang bernama Buls atau Syawul.Dia adalah seorang Yahudi yang dengki kepada Nabi Isa ‘alaihi as-Salam.Dia berusaha untuk melakukan makar dan tipu daya untuk merusak agama Nabi Isa ‘alaihi as-Salam, dengan menampakkan iman kepada Nabi Isa.Dia mengaku menyesal telah memusuhi Nabi Isa dan mengaku telah bermimpi, sehingga dia beriman kepada Nabi Isa.Orang-orang Nashara pun membenarkan apa yang dia katakan.Kemudian dia membawa Injil yang Allah turunkan kepada Nabi Isa.Ternyata dia memasukkan ke dalam kitab Injil tersebut peribadatan kepada berhala-berhala, kesyirikan serta kekufuran.Dia memasukkan aqidah at-Tatslits (paham trinitas), berikut aqidah bahwa Nabi Isa adalah anak Allah atau beliau adalah Allah dan peribadatan kepada salib.Orang-orang Nashara pun membenarkan bahwa Buls adalah orang yang berilmu (alim), seorang mukmin dan menjulukinya dengan ar-Rasul Buls (utusan Nabi Isa ‘alahi as-Salam) menurut sangkaan mereka.

Yang  diinginkan oleh orang ini adalah merusak agama Nabi Isa ‘alaihi as-Salam dan telah terwujud apa yang dia inginkan.Sungguh telah rusak agama Nabi Isa karena telah masuk padanya penyembahan kepada berhala-berhala, keyakinan trinitas, keyakinan bahwa Isa adalah anak Allah atau beliau adalah Allah, kemudian orang-orang Nashara pun mengikutinya.

Demikianlah keadaan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashara) sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Kebanyakan mereka telah menyimpang dari agama Allah Ta’ala.Hanya tersisa sedikit dari mereka yang berada di atas agama yang masih murni, namun mereka ini pun akhirnya musnah.

Adapun orang-orang Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka mereka ada dua kelompok.Satu kelompok mengikuti agama-agama terdahulu seperti agama Yahudi, Nasrani dan Majusi.Kelompok yang lain di atas agama Hanifiah, yaitu agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihima as-Salam, terlebih yang tinggal di daerah Hijaz, Makkah al-Mukarramah.Sampai kemudian muncul di kalangan mereka seseorang yang dikenal dengan nama ‘Amr bin Luhai al-Khuza’i.Orang ini dahulu adalah seorang raja Hijaz yang menampakkan kebaikan dan ibadah.Tatkala dia pergi ke Syam untuk berobat, dia mendapati penduduk Syam beribadah kepada berhala-berhala dan dia pun menganggap hal itu adalah kebaikan. Kemudian dia kembali dari Syam dan membawa berhala-berhala.Selain itu, dia juga menggali berhala-berhala yang telah terkubur pada zaman setelah kaum Nabi Nuh ‘alaihi as-Salam, yaitu berhala Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, Nasr dan selainnya.

Berhala-berhala tersebut sebelumnya telah sirna dan terkubur di dalam bumi, disebabkan adanya banjir.Kemudian datang syaithan menunjukkan lokasi berhala-berhala tersebut.Kemudian dilakukan penggalian dan dikeluarkanlah berhala-berhala tersebut, lalu dibagikan kepada kabilah-kabilah Arab untuk diibadahi dan mereka pun menerimanya.Maka masuklah kesyirikan di negeri Hijaz dan selainnya dari negeri-negeri Arab dan berubahlah agama Nabi Ibrahim akibat perbuatan ‘Amr bin Luhai al-Khuza’i.

Disebutkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Aku melihat ‘Amr bin Luhai al-Khuza’I sedang menarik isi perutnya (usus) di neraka dan dia adalah orang yang mengadakan kesyirikan”.

Di dalam lafazh yang lain : “…dan dia telah mengubah agama Ibrahim”.

Juga diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, beliau bersabda (artinya) : “…Sesungguhnya dialah orang pertama yang mengubah agama Ismail”. (Silsilah ash-Shahihah 4 / 243)

Demikianlah keadaan manusia sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata, baik Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashara) atau orang-orang Arab dan juga selainnya dari penduduk bumi, kecuali sedikit dari orang-orang Ahlul Kitab yang mereka masih berada di atas agama yang benar, akan tetapi mereka ini pun akhirnya musnah.

Pentingnya Mengetahui Perkara Jahiliah

Dari uraian di atas, menggambarkan kepada kita betapa rusak dan jeleknya keadaan manusia pada saat itu (masa jahiliah).Mereka berada dalam kegelapan yang pekat, kejahiliahan yang sempurna, musnahnya sisa-sisa risalah, adanya kesyirikan dan kekufuran serta berbagai macam kerusakan-kerusakan yang lain.

Dalam keadaan demikian, Allah Ta’ala mengutus Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.Diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan kenikmatan yang Allah Ta’ala karuniakan kepada hamba-hambaNya.Kenikmatan ini merupakan kenikmatan terbesar, bahkan merupakan pokok dari kenikmatan.Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman, yaitu tatkala Allah mengutus di tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah.Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.(Ali ‘Imran : 164)

Diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan kenikmatan terbesar, bahkan merupakan pokok (asal) dari kenikmatan.Beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan dan menunjukkan kebaikan-kebaikan yang akan menyampaikan umatnya kepada Allah Ta’ala.Beliau juga menjelaskan kejelekan-kejelekan dan memperingatkan manusia darinya.Termasuk perkara-perkara yang beliau peringatkan adalah perkara-perkara jahiliah.Maka setelah diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, sirnalah jahiliah secara umum dan kemudian tersebarlah ilmu.Sirnalah kebodohan sehingga tidak ada lagi jahiliah secara umum.

Adapun sebagian perkara jahiliah, maka ini ada pada sebagian orang, suku atau negeri, yang disebabkan karena kebodohan dan ketidaktahuan tentang perkara-perkara jahiliah itu sendiri.

Sehingga merupakan perkara yang sangat penting bagi kaum muslimin untuk mengenal dan mengetahui perkara-perkara jahiliah, agar terhindar darinya dan tidak terjatuh padanya.Selain itu, dengan mengetahui perkara jahiliah kaum muslimin akan mengetahui keutamaan-keutamaan Islam, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penyair :

“Sesuatu akan nampak jelas kebaikanya dengan lawannya

Dengan mengetahui lawannya akan jelas segala sesuatu”.

Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Dikhawatirkan akan terlepas ikatan-ikatan Islam, jika tumbuh di dalam Islam orang-orang yang tidak mengetahui jahiliah”.

( Dinukil dari kitab Syarh Masail al-Jahiliyyah karya asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah dengan beberapa tambahan dan penyesuaian)
daarulihsan.com

Adab Berhutang Seorang Muslim

Islamediaku - Setiap manusia tidak lepas dari hal Hutang Piutang, kepada siapapun apakah ke saudara, teman keluarga atau bahkan dengan sesama tetangga, akan tetapi dengan semakin berkembangnya sistem utang piutang, maka para "lintah darat" atau orang yang menghutangkan dengan sistem ribawi juga semakin subur dimasyarakat.

http://islamediaku.blogspot.co.id/


Ada sebagian kaum muslimin harus terjebak dalam utang piutang dengan cara ribawi, oleh karena itu sebagai umat islam RIBA begitu diharamkan dalam islam, oleh karena itu umat islam perlu memperhatikan beberapa adab dalam hutang piutang.
Berikut adab adab Utang Piutang sesuai syar'i

1. Jangan pernah tidak mencatat utang piutang.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ... سورة البقرة 282
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya." (QS Al-Baqarah: 282)

2. Jangan pernah berniat tidak melunasi utang.
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏‏أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِيَ اللَّهَ سَارِقًا . رواه ابن ماجة 2410
"Siapa saja yang berutang, sedang ia berniat tidak melunasi utangnya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang PENCURI." (HR Ibnu Majah ~ hasan shahih)

3. Punya rasa takut jika tidak bayar utang, karena alasan dosa yang tidak diampuni dan tidak masuk surga.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏ "‏ يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ ‏"‏ ‏.‏ رواه مسلم 1886
"Semua dosa orang yang mati syahid diampuni KECUALI utang". (HR Muslim)

4. Jangan merasa tenang kalau masih punya utang.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏"‏ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِيَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ‏"‏ ‏.‏ رواه ابن ماجة 2414
"Barangsiapa mati dan masih berutang satu dinar atau dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan (diambil) amal kebaikannya, karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR Ibnu Majah ~ shahih)

5. Jangan pernah menunda membayar utang.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏ "‏ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ ‏"‏‏.‏ رواه البخاري 2287 ، مسلم 1564 ، النسائي 4688 ، ابو داود 3345 ، الترمذي 1308
"Menunda-nunda (bayar utang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman." (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

6. Jangan pernah menunggu ditagih dulu baru membayar utang.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏"‏ أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ أَحْسَنَهُمْ قَضَاءً ‏"‏‏.‏ رواه البخاري 2392 ، مسلم 1600 ، النسائي 4617 ، ابو داود 3346 ، الترمذي 1318
"Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran utang. (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran utang.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ "‏ أَدْخَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلاً كَانَ سَهْلاً مُشْتَرِيًا وَبَائِعًا وَقَاضِيًا وَمُقْتَضِيًا الْجَنَّةَ ‏"‏ ‏.‏ رواه ابن ماجة 2202 ، النسائي 4696
"Allah 'Azza wa jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika membeli, menjual, dan melunasi utang." (HR An-Nasa'i, dan Ibnu Majah)

8. Jangan pernah meremehkan utang meskipun sedikit.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ‏ "‏ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ ‏"‏. رواه الترمذي 1078 ، ابن ماجة 2506
"Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dibayarkan." (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

9. Jangan pernah berbohong kepada pihak yang memberi utang.
قَالَ ‏"‏ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ ‏"‏‏.‏ البخاري 2397 ، 833 ، مسلم 589 ، ابو داود 880 ، النسائي 5472 ، 5454
"Sesungguhnya, ketika seseorang berutang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji ia akan ingkar." (HR Bukhari dan Muslim)

10. Jangan pernah berjanji jika tidak mampu memenuhinya.
...وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا... سورة الإسراء 34
"... Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban .." (QS Al-Israa': 34)
11. Jangan pernah lupa doakan orang yang telah memberi utang.
وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ ‏"‏ ‏.‏ رواه النسائي 2567 ، ابو داود 5109

"Barang siapa telah berbuat kebaikan kepadamu, balaslah kebaikannya itu.
Jika engkau tidak menemukan apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdoalah untuknya sampai engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya." (HR An-Nasa'i dan Abu Dawud)

5 Manfaat Menggunakan Jilbab Lebar dibandingkan Jilbab Biasa


Islamediaku - APAKAH Anda seringkali merasa risih melihat seorang perempuan yang berhijab lebar? Ya, memang kebanyakan orang akan berpikir seperti itu. Para pengguna hijab yang menutupi dada dengan ukuran cukup lebar ini, seakan menjadi pemandangan yang aneh. Mengapa? Karena memang jarang sekali perempuan-perempuan yang mau menggunakannya.

Tahukah Anda, bahwa ternyata menggunakan hijab lebar itu memiliki banyak keuntungan. Jika seorang muslimah telah memantapkan diri untuk gunakan hijab jenis ini, maka tentu tak aka nada penyesalan yang ia rasakan. Lantas, apa saja keuntungannya?

1. Menjauhkan Kita dari Godaan Mata Laki-laki
“Perempuan itu racun dunia,” rasanya ungkapan ini sudah tidak asing di telinga kita bukan? Apa pun yang kita kenakan tidak lepas dari godaan dan lirikan mata nakal lelaki. Dengan hijab lebar yang menutup dada, otomatis mereka pun lebih segan untuk menggoda kita. Setidaknya godaan yang muncul pun bukan suitan nakal dan membuat telinga panas lagi. Paling godaan semacam, “Assalamualaikum Aisyah/Bu haji,” yang akan kita terima dari mereka.

2. Menjadi Pelindung Ekstra dari Polusi
Memakai pakaian serba tertutup akan membuat tubuh kita terlindung dari berbagai polusi. Sehingga proteksi tambahan pun kita dapatkan tanpa harus mengoleskan ramuan ini itu pada tubuh kita. Nah, ternyata manfaat lain dari berhijab lebar juga bisa membuat tubuh kita lebih cerah lho. Bagaimana tidak, hijab akan mengahalangi kita dari sinar matahari langsung.

3. Menjadi Pengingat untuk Senantiasa Bersikap Baik
Banyak orang yang berkata, jika ingin menjadi orang baik itu harus dihijabi dulu hatinya, baru tubuhnya. Ini tentunya tidak bisa dibenarkan. Jika ada saudari kita yang berhijab dan berbuat khilaf tentunya bukan salah hijabnya kan?

Maka dengan menggunakan hijab lebar, secara tidak langsung kita akan diingatkan untuk menjaga perilaku kita. Minimal kita malu dengan hijab panjang yang mengulur dada dan menutupi tubuh kita selama ini.

4. Dijauhkan dari Laki-laki yang Berniat Main-main
Disadari atau tidak, lelaki akan lebih segan terhadap perempuan yang mengenakan hijab lebar dibanding mereka yang berhijab lempar kemudian kait bahu. Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kita, setidaknya nanti lelaki yang datang merupakan mereka yang berniat serius menjalin ikatan tanpa ada rasa penasaran untuk main-main terlebih dahulu.

5. Penjual Makanan Lebih Mudah Mengingatkan Kita akan Makanan Halal
Banyak restoran yang kehalalan makanannya masih dipertanyakan hingga saat ini. Nah, dengan memakai hijab, biasanya penjual akan memberitahukan kita terlebih dahulu, halal atu tidaknya makanan yang ia jual. Tidak mau kan jika makanan yang selama ini kita konsumsi malah menimbulkan madhorot bagi diri kita? []
Sumber: ummi-online.com