Oleh: Ustadz Ibnu Hasan Ath Thabari
Sahabat yang mulia Anas ibn Malik radhiyallahu anhu bercerita, bahwa ayahnya yang bernama Malik berkata kepada istrinya Ummu Sualim binti Milhan [ibunda Anas], “Laki-laki itu [maksudnya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam] mengharamkan khamr.” Oleh karena itu Malik meninggalkan istrinya ke negeri Syam, di negeri itu Malik mati dalam kondisi musyrik.
Ummu Sulaim-pun setelah itu menjadi janda. suatu hari datanglah Abu Thalhah yang saat itu masih musyrik untuk melamar Ummu Sulaim.
Ummu Sulaim berkataa, “Hai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak layak ditolak, akan tetapi anda seorang musyrik sementara aku seorang muslimah karena itu aku tidak mengkin menikah denganmu.”
Coba kita lihat, bagaimana sikap Ummu Sulaim dalam melakukan amar ma`ruf nahi munkar kepada Abu Thalhah yang akan melamarnya dan nanti kita lihat da`wah yang dilakukannya agar Abu Thalhah masuk islam. begitu juga keteguhan imannya, dia tidak terpengaruh dengan keyakinan suaminya yang pada akhirnya meninggalkan dirinya menjadi janda karena keislamannya.
Kita lanjutkan dialog Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah
Abu Thalhah berkata, “Bukan itu maksudmu kan?”
Ummu Sulaim, “Lalu apa maksudku?”
Abu Thalhah, “Emas dan perak.”
Ummu Sulaim, “Aku tidak mengharap emas dan perak, aku ingin islam darimu, jika anda masuk islam maka itulah maharku, aku tidak minta yang lain.”
Ummu Sulaim, tidak tergiur dengan harta kekayaan, emas dan perak untuk menukar agamanya bahkan demi iman dan islamnya ia menolak semua itu. tapi hari ini kita menyaksikan banyak orang menikah dengan motif karena harta kekayaan tanpa memperhatikan kualitas iman dan ketinggian akhlaq. dan ini pada akhirnya memicu problem suami istri dikemudian hari, apalagi Rasul sudah mengingatkan agar seseorang memilih pasangan hidupnya berdasarkan standar kualitas agama kalau ia ingin selamat. [Fazfar bi dzaatid diin taribat yadaak, pilihkan yang memiliki kualitas agama yang bailk, niscaya kamu selamat].
Selanjutnya,..
Abu Thalhah berkata, “Siapa yang akan menunjukkan hal itu kepadaku?”
Ummu Sulaim menjawab, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.”
Maka berangkatlah Abu Thalhah menjumpai Rasulullah yang saat itu sedang duduk bersama para sahabat. tatkala Rasulullah melihat Abu Thalhah beliau berkata, “Abu Thalhah datang, terlihat cahaya islam dikedua matanya.”
Abu Thalhah menyampaikan apa yang diucapkan oleh Ummu sulaim, maka Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya.
Tsabit Al-Bunani rawi kisah ini dari Anas ibn Malik, berkata, “Kami tidak melihat ada mahar yang lebih agung dari maharnya Ummu Sulaim, ia rela Islam sebagai maharnya.”
Abu Thalhah radhiyallahu anhu menikahi Ummu Sulaim seorang wanita anshar yang mulia yang memiliki mata yang indah dari Ummu Sulaim ini Allah menganugrahkan seorang anak yang begitu dicintai oleh Abu Thalhah.
Suatu saat anak itu terserang penyakit, Abu Thalhah sangat cemas dan sedih dengan sakitnya putra yang sangat disayanginya.
Abu Thalhah shalat subuh bersama Nabi dan terus bersama beliau sampai menjelang siang, setelah itu ia pulang untuk makan dan beristirahat. setelah shalat dzuhur Abu Thalhah pergi menunaikan urusannya dan baru pulang pada waktu isya`. malam itu Abu Thalhah shalat isya bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam di masjid dan pada saat itulah putranya wafat.
Ummu Sulaim berkata, “Jangan ada seorangpun yang memberi tahu Abu Thalhah tentang kematiaan anaknya, biar aku sendiri yang melakukannya.”
Ummu Sulaim lalu memandikan anaknya, mengkafaninya dan menidurkannya ditempat tidurnya. tak lama setelah itu Abu Thalhah pulang ke rumah bersama beberapa sahabatnya. sesampainya di rumah ia berkata kepada Ummu Sulaim, “Bagaimana kondisi anakku?”
Ummu Sulaim menjawab, “Wahai suamiku, sejak ia sakit, ia tidakl pernah setenang saat ini, aku berharap ia sedang beristirahat.”
Setelah itu Ummu Sulaim menyiapkan makan malam untuk suaminya, Abu Thalhah pun makan bersama dengan kawan-kawannya, setelah selesai dan semua temannya pulang, Abu Thalhah ingin beristirahat. Ummu Sulaim menyibukkan dirinya berhias mempercantik dirinya sebaik mungkin, lalu ia menyusul suaminya ditempat istirahatnya. Abu Thalhah melihat istrinya yang sangat cantik, aroma harum tubuh istrinya menambah hasratnya sebagai suami menjadi menjadi bergejolak, perutnya kenyang, perasaannya tenang dan istrinya yang cantik ada dihadapannya, maka… [tahu sendiri dah apa yang terjadi..]
Di akhir malam Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, “Suamiku, seandainya ada suatu kaum yang dipinjami sesuatu, lalu pemiliknya memintanya, apakah mereka berhak menahannya?”
Abu Thalhah menjawab, “Tentu tidak boleh, wahai istriku.”
Ummu Sulaim berkata, “Allah telah meminjamkan seorang anak kepadamu dan tadi ia telah mengambilnya kembali, bersabarlah dan memohonlah pahala kepadaNya.”
Mendengar ucapan istrinya, Abu Thalhah marah seraya berkata, “Mengapa baru sekarang kamu mengatakannya padaku, setelah aku melakukan padamu apa yang aku lakukan.”
Setelah itu Abu Thalhah ber-istirja` lalu mengucapkan alhamdulillah.
Ketika pagi tiba, Abu Thalhah melakukan shalat subuh berjamaah bersama dengan Rasulullah di masjid beliau, setelah selesai shalat Abu Thalhah menyampaikan apa yang terjadi dengan keluarganya dan sikap istrinya menghadapi peristiwa tsb. mendengar penuturan Abu Thalhah, Rasulullah bersabda mendoakan keduanya dengan ucapan, “baarakallaahu lakumaa fii lailatikumaa [ semoga Allah memberkahi kalian berdua di malam itu]
Luar biasa, walaupun putranya wafat, Ummu Sulaim menyambut suaminya dengan penuh kemesraan juga memperhatikan kebutuhan-kebutuihannya dan melayaninya dengan sempurna, ia tidak mengejutkan suaminya dengan berita kematian anaknya, ia tidak menyampaikan itu semua karena tau suaminya lelah dan butuh istirahat, baru setelah semuanya tenang ia menyampaikan berita duka itu dengan cara menyampaikan sebuah tamtsil yang sederhana tapi sangat mengena dalam diri suaminya.
Ummu Salamah juga memperlihatkan sosok wanita yang sabat atas musibah yang menimpanya dan ini adalah bukti nyata akan kekuatan imannya.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah bersabada, “Tidak seorang muslimpun yang tertimpa musibah lalu ia berkata “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” lalu ia ucapkan Ya Allah berilah ganjaran padaku dalam musibah yang menimpaku dan beri ganti padaku dengan yang lebih baik darinya”, kecuali Allah akan memberi ganti yang lebih baik.”
Ummu Salamah radhiyallahu anha berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, aku berkata, “Siapa yang lebih baik dari Abu Salamah, keluarga pertama yang melakukan hijrah?”, lalu ia mengucapkan doa diatas , kata Ummu Salamah, “Allah memberiku ganti yang lebih baik dari Abu Salamah yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” [Setelah sampai `iddahnya Ummu Salamah di khitbah oleh Rasulullah dan menjadi istri beliau]
Begitupun dengan Ummu Sulaim, setelah Abu Thalhah menceritakan kasusnya kepada Rasulullah maka beliau mendoakan keberkahan bagi mreka berdua pada malam mereka bercampur dan setelah itu Ummu Salamah mendapatkan seorang putra yang kelak menjadi anak yang shalih yang anak-anaknya semuanya hafal Al Qur`an..
Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a`yun waj`alnaa lil muttaqiina imaamaa
Allahumma Aamiin