Westminster Abbey, atau secara resmi disebut The Collegiate Church of St. Peter.
Barangkali ia amat dikenal sebab dipakai untuk pernikahan Pangeran William dengan Catherine Middleton pada 29 April 2011 lalu. Adapun pernikahan kerajaan pertama yang tercatat di sini adalah Raja Henry I dengan putri Matilda dari Skotlandia,11 November tahun 1100.
Status Westminster Abbey sejak 1560 sebenarnya bukan lagi Cathedral dan Abbey, melainkan semata sebagai Royal Peculiar.
Kata Abbey diturunkan dari bahasa Latin, Abbatia, berasal-usul dari Bahasa Aramaic Abba, yang berarti “Bapa”, sebagaimana dalam Bahasa Arab. Abbey, adalah tempat mendidik para calon Bapa gembala gereja yang orangnya disebut Abbot. Para Novis, calon Abbot dan para pembimbingnya menjalani kehidupan kerahiban kebiaraan di dalamnya; tidak menikah, tidak mengejar kesenangan duniawi, hanya beribadah dan menghayati kemiskinan Kristus.
Asal mula hidup kerahiban di dunia Nasrani adalah persekusi yang terjadi di masa kekaisaran Romawi. Ketika para perintis dengan imannya kepada Allah, keyakinannya pada hukum Taurat, & keteguhannya pada kasih sayang Injili ditindas, disiksa, disalibkan, diumpan pada binatang buas, dibakar, dan dibantai; beberapa imamnya kemudian menawarkan pada Kaisar dan para panglima:
“Bangunkan untuk kami sebuah biara di tempat terpencil, yang di sana kami akan beribadah, menggali sumur, menanam sayuran, dan kami tidak akan ikut campur urusan kalian.”
Jalan tengah itu banyak diambil, dakwah mereka yang semula dianggap menggangu kekuasaan diganti dengan hanya semata beribadah dalam sunyi.
Betapa Maha Bijaksana Rabb kita ‘Azza wa Jalla; jalan kerahiban ini oleh Al Quran tetap dipuji niat awalnya; “untuk mencari keridhaan Allah.” Yang ditukas olehNya adalah, karena ia tak sesuai fithrah, sedang mereka tak memeliharanya dengan kesucian, maka lahirlah banyak penyimpangan dan penyelewengan yang sampai di dunia modern inipun, pemimpin Gereja Anglikan, Uskup Agung Canterbury Rowan William pernah dengan amat malu mengakui dan memohon maaf atas kekejian yang dilakukan para abbotnya, yang sering korbannya anak-anak.
Kita cukup berbahagia dengan petunjuk Nabi Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam ketika datang 3 orang yang masing-masing berkata, “Saya akan terus beribadah dan tak ingin menikah”, ” Saya akan terus shalat malam dan tak usah tidur”, serta “Saya akan puasa selalu dan tiada hari jeda berbuka.” Maka beliau menyatakan bahwa diri beliau, hamba Allah yang paling taqwa, shalat tapi juga tidur, puasa tapi juga berbuka, dan beribadah namun tetap berrumahtangga. Nikah itu sunnah beliau serta para Nabi, dan siapa yang membenci sunnah itu, bukan bagian dari ummat beliau.
Duhai para lelaki shalih, jangan berlama merahibkan diri, eh menjomblo.
Redaksi, Ust. Salim A Fillah
Barangkali ia amat dikenal sebab dipakai untuk pernikahan Pangeran William dengan Catherine Middleton pada 29 April 2011 lalu. Adapun pernikahan kerajaan pertama yang tercatat di sini adalah Raja Henry I dengan putri Matilda dari Skotlandia,11 November tahun 1100.
Status Westminster Abbey sejak 1560 sebenarnya bukan lagi Cathedral dan Abbey, melainkan semata sebagai Royal Peculiar.
Kata Abbey diturunkan dari bahasa Latin, Abbatia, berasal-usul dari Bahasa Aramaic Abba, yang berarti “Bapa”, sebagaimana dalam Bahasa Arab. Abbey, adalah tempat mendidik para calon Bapa gembala gereja yang orangnya disebut Abbot. Para Novis, calon Abbot dan para pembimbingnya menjalani kehidupan kerahiban kebiaraan di dalamnya; tidak menikah, tidak mengejar kesenangan duniawi, hanya beribadah dan menghayati kemiskinan Kristus.
Asal mula hidup kerahiban di dunia Nasrani adalah persekusi yang terjadi di masa kekaisaran Romawi. Ketika para perintis dengan imannya kepada Allah, keyakinannya pada hukum Taurat, & keteguhannya pada kasih sayang Injili ditindas, disiksa, disalibkan, diumpan pada binatang buas, dibakar, dan dibantai; beberapa imamnya kemudian menawarkan pada Kaisar dan para panglima:
“Bangunkan untuk kami sebuah biara di tempat terpencil, yang di sana kami akan beribadah, menggali sumur, menanam sayuran, dan kami tidak akan ikut campur urusan kalian.”
Jalan tengah itu banyak diambil, dakwah mereka yang semula dianggap menggangu kekuasaan diganti dengan hanya semata beribadah dalam sunyi.
..Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (kerahiban) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.. (QS. Al-Hadid [57] :27)
Betapa Maha Bijaksana Rabb kita ‘Azza wa Jalla; jalan kerahiban ini oleh Al Quran tetap dipuji niat awalnya; “untuk mencari keridhaan Allah.” Yang ditukas olehNya adalah, karena ia tak sesuai fithrah, sedang mereka tak memeliharanya dengan kesucian, maka lahirlah banyak penyimpangan dan penyelewengan yang sampai di dunia modern inipun, pemimpin Gereja Anglikan, Uskup Agung Canterbury Rowan William pernah dengan amat malu mengakui dan memohon maaf atas kekejian yang dilakukan para abbotnya, yang sering korbannya anak-anak.
Kita cukup berbahagia dengan petunjuk Nabi Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam ketika datang 3 orang yang masing-masing berkata, “Saya akan terus beribadah dan tak ingin menikah”, ” Saya akan terus shalat malam dan tak usah tidur”, serta “Saya akan puasa selalu dan tiada hari jeda berbuka.” Maka beliau menyatakan bahwa diri beliau, hamba Allah yang paling taqwa, shalat tapi juga tidur, puasa tapi juga berbuka, dan beribadah namun tetap berrumahtangga. Nikah itu sunnah beliau serta para Nabi, dan siapa yang membenci sunnah itu, bukan bagian dari ummat beliau.
Duhai para lelaki shalih, jangan berlama merahibkan diri, eh menjomblo.
Redaksi, Ust. Salim A Fillah
0 comments:
Post a Comment