Sunday, January 1, 2017

5 Manfaat Menggunakan Jilbab Lebar dibandingkan Jilbab Biasa


Islamediaku - APAKAH Anda seringkali merasa risih melihat seorang perempuan yang berhijab lebar? Ya, memang kebanyakan orang akan berpikir seperti itu. Para pengguna hijab yang menutupi dada dengan ukuran cukup lebar ini, seakan menjadi pemandangan yang aneh. Mengapa? Karena memang jarang sekali perempuan-perempuan yang mau menggunakannya.

Tahukah Anda, bahwa ternyata menggunakan hijab lebar itu memiliki banyak keuntungan. Jika seorang muslimah telah memantapkan diri untuk gunakan hijab jenis ini, maka tentu tak aka nada penyesalan yang ia rasakan. Lantas, apa saja keuntungannya?

1. Menjauhkan Kita dari Godaan Mata Laki-laki
“Perempuan itu racun dunia,” rasanya ungkapan ini sudah tidak asing di telinga kita bukan? Apa pun yang kita kenakan tidak lepas dari godaan dan lirikan mata nakal lelaki. Dengan hijab lebar yang menutup dada, otomatis mereka pun lebih segan untuk menggoda kita. Setidaknya godaan yang muncul pun bukan suitan nakal dan membuat telinga panas lagi. Paling godaan semacam, “Assalamualaikum Aisyah/Bu haji,” yang akan kita terima dari mereka.

2. Menjadi Pelindung Ekstra dari Polusi
Memakai pakaian serba tertutup akan membuat tubuh kita terlindung dari berbagai polusi. Sehingga proteksi tambahan pun kita dapatkan tanpa harus mengoleskan ramuan ini itu pada tubuh kita. Nah, ternyata manfaat lain dari berhijab lebar juga bisa membuat tubuh kita lebih cerah lho. Bagaimana tidak, hijab akan mengahalangi kita dari sinar matahari langsung.

3. Menjadi Pengingat untuk Senantiasa Bersikap Baik
Banyak orang yang berkata, jika ingin menjadi orang baik itu harus dihijabi dulu hatinya, baru tubuhnya. Ini tentunya tidak bisa dibenarkan. Jika ada saudari kita yang berhijab dan berbuat khilaf tentunya bukan salah hijabnya kan?

Maka dengan menggunakan hijab lebar, secara tidak langsung kita akan diingatkan untuk menjaga perilaku kita. Minimal kita malu dengan hijab panjang yang mengulur dada dan menutupi tubuh kita selama ini.

4. Dijauhkan dari Laki-laki yang Berniat Main-main
Disadari atau tidak, lelaki akan lebih segan terhadap perempuan yang mengenakan hijab lebar dibanding mereka yang berhijab lempar kemudian kait bahu. Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kita, setidaknya nanti lelaki yang datang merupakan mereka yang berniat serius menjalin ikatan tanpa ada rasa penasaran untuk main-main terlebih dahulu.

5. Penjual Makanan Lebih Mudah Mengingatkan Kita akan Makanan Halal
Banyak restoran yang kehalalan makanannya masih dipertanyakan hingga saat ini. Nah, dengan memakai hijab, biasanya penjual akan memberitahukan kita terlebih dahulu, halal atu tidaknya makanan yang ia jual. Tidak mau kan jika makanan yang selama ini kita konsumsi malah menimbulkan madhorot bagi diri kita? []
Sumber: ummi-online.com

Walikota Padang ini tertidur di Masjid di Malam Tahun Baru

Seorang pemimpin memang seharusnya memberikan keteladanan kepada masyarakat yang dipimpin. Tidak hanya dari sisi pemerintahan yang diamanahinya, akan tetapi juga dari sisi ruhiyahnya. 

foto:wikipedia

Keteladanan itu yang diperlihatkan oleh seorang Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah. Sumatera Barat, 25 Desember 1966; umur 50 tahun itu melakukan iktikaf di masjid pada malam pergantian tahun.

Di dalam masjid, ia tilawah dari jam 01.00. Setelah kelelahan, ia memilih untuk berbaring sejenak di karpet hijau. 

"Ini adalah sosok Walikota Padang, Buya Mahyeldi Ansharullah Hafizhahullah. Setelah seharian menjalankan amanahnya, Beliau memilih beriktikaf bersama sebagian masyarakat membaca Ayat Suci Al-Qur'an di salah satu masjid di kota Padang dan bersandar di tiang masjid hingga tertidur dengan sarung yang menutup wajahnya," kata Hendry Patopang yang menyaksikan pemandangan indah tersebut, Ahad (1/1/2017).

dakwahmedia.net

Foto itu pun mengundang beragam komentar kekaguman. 

"Ibadah dilabeli pencitraan? Pencitraan? Yang namanya ibadah ya ibadah, persoalan ada maksud lain atau tidak di balik itu biar jadi urusan dia sama Yang Maha Mengetahui," kata Rindah Islami. 

Sementara warga lain, Aditya Muhammad mengatakan memang orang Minang dari dulu diajarkan untuk tinggal di masjid. "Orang Minang dulu-dulu itu dari remaja sudah dianjurkan untuk tinggal di surau (masjid). Sholat serta mengaji adalah suatu hal yang wajar karena kehidupan masyarakat bersandarkan kepada paham adat basandi syarak,syarak basandi kitabullah," katanya. 
[bersamadakwah.net]

Takaran Keimanan dan Alquran Dalam Dunia Pendidikan

Tersebar di berbagai media berita berita yang menyesakkan dada, umat muslim terusik dengan kenyataan buruk yang dilihatnya. Muslimah yang bekerja di sebuah warung makan yang menjual nasi uduk dengan lauk utamanya babi, guru agama yang mencabuli siswanya, isu tentang dibolehkannya minuman keras dijual di minimarket dengan pengawasan dan batasan, penodaan terhadap wanita yang dilakukan oleh perorangan atau sekelompok pemuda, kembalinya dakwah sesat qiyadah dan gafatar, dan yang semisalnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.



Namun ada satu berita yang pernah tersebar sebelum itu semua, tidak hanya nasiolan bahkan dunia internasionalpun memberitakannya, bahwa dari indonesia muncul hafidz termuda yang menjuarai lomba internasional hafalan alqur’an, itulah Musa hafidhahullah.

Alqur’an Dalam Dunia Pendidikan
Betapa rindunya muslim hidup dalam naungan hukum yang disyari’atkan Allah Azza wa Jalla, tentunya tidak mungkin keharaman dan dosa bebas menampakkan dirinya di khalayak ramai –hal ini tentu tidak berarti mengizinkan untuk melokalisasikan keharaman dan dosa-, namun kurang pahamnya orang Islam sendiri terhadap hikmah dan keadilan hukum Islam, dan stigma buruk syari’at Islam yang selalu dikampanyekan orang-orang yang benci terhadap Islam, menjadikan sebagian orang Islam tidak menerima, ragu dan takut bila hukum Islam ditegakkan. Adapun orang kafir tentu kalimat penolakannya sangat tegas dan keras, bahkan disertai penghinaan.

Diperparah lagi kondisi dunia pendidikan yang tergambar dalam sikap taklid terhadap sistem pendidikan dan pengajaran asing (kafir) yang menjadikan negara kita sebagai arena percobaan sistem tersebut (sistem PAUD sampai perguruan tinggi), yang telah terbukti dengan kejadian kejadian yang kita saksikan hari ini di negeri kita sendiri, bahwa hasilnya lebih banyak merusak daripada memperbaiki, lebih membahayakan daripada memberi manfaat.

Pendidikan (sekolah negri) di negeri yang banyak didiami muslim ini kurang memperhatikan atau kalau boleh disebut tidak memperhatikan pendidikan agama Islam, porsi yang diberikan hanya dua jam dalam sepekan, padahal begitu padat syubhat dan syahwat yang melanda, merusak generasi Islam.

Sekolah swasta yang berlabel Islam pun ketika menyadari bahwa pelajaran agama harus ditambah jamnya mencoba menyeimbangkan atau bahkan melebihkannya. Hasilnya jam pulang anak lebih lama karena ada pelajaran agama yang akan diajarkan setelah pelajaran umum selesai diberikan. Meski ada kebaikan di dalamnya namun tidak fokus dan memberatkan dengan banyak materi yang diajarkan yang hakikatnya tidak perlu diajarkan pada jenjangnya.

Bila kita membaca sejarah para ulama besar Islam semasa kecil, maka akan kita dapati mereka telah menghafal al qur’an sejak kecil, semisal Musa. Usia 6, 7, 10 tahun alqur’an telah di dada, Imam As Syafi’i, Imam At Thabari, Ibnu Khaldun hapal alqur’an diusia 7 tahun. Setelah itu ilmu lain akan dilahap dengan mudahnya.

Cukuplah sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam ini menyadarkan kita akan pentingnya alqur’an dalam dunia pendidikan kita, khoirukum man ta’allama qur’an wa ‘allamahu, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari), bahkan kemulian atau kehinaan suatu kaum tergantung pada bagaimana mereka mensikapi alqur’an :

‘Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain.” (HR. Muslim)

Meski menghafal penting, ada yang lebih penting lagi yaitu penanaman nilai nilai iman sebelum alqur’an dihafal, inilah jalannya para sahabat :

عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا
Dari Jundub bin Abdullah ia berkata; “Ketika kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, pada saat itu kami merupakan sosok pemuda-pemuda yang mendekati usia baligh. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al Qur`an, kemudian kami mempelajari Al Qur`an, maka dengan begitu bertambahlah keimanan kami.” (HR. Ibnu Majah)

Dan tentunya tuntutan iman adalah mengamalkan alqur’an
Ziyad bin Labid berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menyebut sesuatu lalu beliau bekata “itu terjadi pada saat-saat dicabutnya ilmu.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana mungin ilmu akan lenyap padahal kami senantiasa membaca al qur’an dan kami membacakannya pada anak-anak kami, dan anak-anak kami membacakannya pada anak-anak mereka sampai hari kiamat?, beliau bersabda, “sungguh celaka, selama ini aku yakin bahwa kamu adalah orang yang paling faham di kota madinah ini, bukankah orang-orang Yahudi dan Nashrani membaca Taurat dan Ijil, namun mereka tidak mengamalkan kandungannya?! (HR. Ibnu Majah)

Kiranya lembaga sekolah merubah pola pendidikannya dan mulai mencontoh kurikulum ayahnya Musa sebagai tangga awal untuk menyelamatkan generasi Islam, dan mengutamakan iman sebagai cahaya yang menunjuki pengamalan alqur’an.

Bila yang sudah dewasa dan tua ini belum juga hapal alqur’an, apakah itu juga akan terjadi dengan anak anak kita?, bila anak kita sekolahnya sama dengan jenjang sekolah yang dulu kita pernah melewatinya, akankah iman tertanam didadanya dan alqur’an sejak dini dihafalnya? Allahulmusta’an wailaihi tuklan.
[arrisalah.net]

Berikut Penjelasan Lengkap MUI Tentang Produk : SASA, Masako, Ajinomoto, Indomie, Sajiku, Saori dan Royco



Islamediaku - Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) menegaskan bahwa informasi yang beredar bahwa 8 produk makanan mengandung babi adalah tidak benar dan semuanya dinyatakan halal untuk dikonsumsi Umat Islam.

“Hasil analisis  laboratorium dari sampel pasar yang menggunakan metode real time PCR  juga menguatkan  hasil audit yang  telah dilakukan sebelumnya  yaitu tidak terdeteksi  adanya kandungan babi dalam  prbduk-produk  tersebut” tulis Direktur LPPOM MUI, Dr. L ukmanul Hakim, seperti dilansir halalmui.org, jum’at(30/12/2016).

8 Produk makanan yang dimaksud adalah: Produk MSG SASA dan Tepung Bumbu SASA (PT. Sasa  Inti), Produk MASAKO, MSG AJINOMOTO,  Tepung Bumbu SAJIKU dan Saos Tiram SAORI (PT. Ajinomoto  Indonesia),  Produk INDOMIE Mi Instan Goreng (PT. Indofood CBP Sukses Makmur) dan Produk ROYCO  (PT. Unilever  Indonesia Tbk). 

Menurut penjelasan MUI ke-8 produk tersebut sudah mendapatkan sertifikasi halal dan hingga saat ini masih berlaku.

Produk MSG SASA dan Tepung Bumbu SASA dari PT. Sasa  Inti, dengan nomor Sertifikat Halal MUI 00060007870398  yang berlaku  hingga tanggal 20 Juli 2018. 

MASAKO, MSG AJINOMOTO,  Tepung Bumbu SAJIKU dan Saos Tiram SAORI dari PT. Ajinomoto Indonesia,  Sertifikat Halal MUI nomor 00060008910908  yang  berlaku  hingga  tanggal 24 November  2017. 

Produk INDOMIE Mi Instan Goreng dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.,  memiliki Sertifikat   Halal MUI 00090000300799  yang berlaku hingga  tanggal 27 September  2018.

Produk ROYCO dari PT. Unilever  Indonesia Tbk.,  memiliki Sertifikat Halal MUI 00060046730108  yang berlaku hingga  tanggal23 Maret 2018 dan nomor Sertifikat Halal MUI00060028330204  yang berlaku hingga tanggal20 September  2018.

Selanjutnya bagi konsumen yang ingin mengetahui keterangan kehalalan sebuah produk, MUI mempersilahkan untuk bisa melakukan pengecekan di situs resmi milik MUI www.halalmui.org maupun aplikasi “Halal MUI” di smartphone berbasis android, IOS maupun blackberry.
[islamedia.id]

Berikut Pernyataan Habib Rizieq Shihab yang Dipersoalkan PMKRI

Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dilaporkan ke Polda Metro Jaya, Senin (26/12/2016) atas tuduhan penistaan agama Kristen. 

islamediaku.blogspot.com
foto : tgkboy.blogspot.com


Kata-kata apa yang diucapkan Habib Rizieq sehingga dilaporkan ke polisi? Pimpinan Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) selaku pelapor pun menjelaskannya.

"Pada ceramah beliau di Pondok Kelapa pada tanggal 25 kemarin yang menyatakan bahwa 'Kalau tuhan itu beranak, terus bidannya siapa?' dan di situ kita temukan banyak gelak tawa dari jemaat terhadap apa yang disampaikan dari Habib Rizieq tersebut. Jujur sebagai Ketua Umum PP-PMKRI, kami merasa terhina, merasa tersakiti dengan ucapan yang disampaikan oleh Saudara Habib Rizieq Shihab ini," kata Angelo seperti dikutip Detik.

Angelo melaporkan Habib Rizieq dengan pasal yang sama seperti kasus Ahok yakni pasal 156 dan 156a KUHP. Selain itu, pihaknya juga melaporkan Habib Rizieq melanggar UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE.

Menyikapi laporan ini, DPP FPI menyatakan bahwa Habib Rizieq hanya mendakwahkan Surat Al Ikhlas yang menyatakan Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.

“Lalu ketika ada ulama dakwahkan ajaran Al-Quran "Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan" tetiba ulama dilaporkan ke polisi. Penistaan tuduhnya,” kata FPI melalui akun Twitter @dpp_fpi.

“Luar biasa mereka, jadi ulama-ulama yang dakwahkan ajaran Islam sesuai Kitab Suci dicap bohong, menista agama lain, lalu seenaknya dihina-hina,” tandasnya. 

Netizen pun berbondong-bondong membela Habib Rizieq dengan hashtag #UlamaDifitnah. Ketika berita ini dimuat, hashtag tersebut menempati peringkat kelima dalam trending topic. 

“Kalau ulama di fitnah kamilah pembelanya #UlamaDifitnah,” kata Agus Maksum melalui akun Twitterya @ammaksum.

“Habib Rizieq dilaporkan PMKRI karena ceramah tentang kandungan surat Al-Ikhlas, ceramah depan Muslim kenapa Kristen yang sewot?! #UlamaDifitnah,” kata @moulana90juve. 

Ibnu K/Tarbiyah.net

Thursday, December 29, 2016

Manusia Bertangan Emas itu Bernama Abdurrahman Bin Auf

Salah seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapat rekomendasi masuk surga adalah `Abdurrahmân bin `Auf bin `Abdi `Auf bin `Abdil Hârits Bin Zahrah bin Kilâb bin al-Qurasyi az-Zuhri Abu Muhammad. Dia juga salah seorang dari enam orang Sahabat Radhiyallahu anhum yang ahli syura. Dia dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama `Abdul Ka`bah atau `Abdu `Amr; kemudian diberi nama `Abdurrahmân oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[1] Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul Hârits bin Zahrah.[2]

foto : fb komunitas gaul syar'i


`Abdurrahmân bin `Auf adalah seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat dermawan dan yang sangat memperhatikan dakwah Islam, berikut ini adalah sebagian kisahnya:

`Abdurrahman bin Auf pernah menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar, kemudian membagi-bagikan uang tersebut kepada para fakir miskin bani Zuhrah, orang-orang yang membutuhkan dan kepada Ummahâtul Mukminin (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Al-Miswar berkata: “Aku mengantarkan sebagian dari dinar-dinar itu kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma. Aisyah Radhiyallahu anhuma dengan sebagian dinar-dinar itu.” Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata: “Siapa yang telah mengirim ini?” Aku menjawab: “`Abdurrahmân bin Auf”. Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata lagi: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “Tidak ada yang menaruh simpati kepada kalian kecuali dia termasuk orang-orang yang sabar. Semoga Allah Azza wa Jalla memberi minum kepada `Abdurrahmân bin Auf dengan minuman surge [3]””

Dalam hadits lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan (sesuatu) kepada sekelompok Sahabat Radhiyallahu anhum yang di sana terdapat `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu ; namun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan apa pun kepadanya. Kemudian `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu keluar dengan menangis dan bertemu Umar Radhiyallahu anhu . Umar Radhiyallahu anhu bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sesuatu kepada sekelompok Sahabat, tetapi tidak memberiku apa-apa. Aku khawatir hal itu akibat ada suatu keburukan padaku”. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu masuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan keluhan `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab: ‘Aku tidak marah kepadanya, tetapi cukup bagiku untuk mempercayai imannya.[4]”

Keutamaan-Keutamaan `Abdurrahmân bin Auf di antaranya:
`Abdurrahmân bin `Auf walaupun memiliki harta yang banyak dan menginfakkanya di jalan Allah Azza wa Jalla , namun dia selalu mengintrospeksi dirinya. `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu pernah mengatakan : “Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diuji dengan kesempitan, namun kami pun bisa bersabar, kemudian kami juga diuji dengan kelapangan setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami pun tidak bisa sabar”[5]

Suatu hari `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu diberi makanan, padahal dia sedang berpuasa. Ia mengatakan, “Mush`ab bin Umair telah terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Akan tetapi ketika dia meninggal tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah (apabila kain itu ditutupkan di kepala, kakinya menjadi terlihat dan apabila kakinya ditutup dengan kain itu, kepalanya menjadi terlihat). Demikian pula dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan-kebaikanku diberikan di dunia ini. Kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.[6]”

Senada dengan kisah di atas, Naufal bin al-Hudzali berkata, “ Dahulu `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu teman bergaul kami. Beliau adalah sebaik-baik teman. Suatu hari dia pulang ke rumahnya dan mandi. Setelah itu dia keluar, ia datang kepada kami dengan membawa wadah makanan berisi roti dan daging, dan kemudian dia menangis. Kami bertanya, “ Wahai Abu Muhammad (panggilan `Abdurrahmân), apa yang menyebabkan kamu menangis?” Ia menjawab, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia dalam keadaan beliau dan keluarganya belum kenyang dengan roti syair. Aku tidak melihat kebaikan kita diakhirkan.[7]

`Abdullâh bin Abbâs Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Umar bin Kaththâb Radhiyallahu anhu pergi ke Syam. Ketika sampai Sarghin (nama sebuah desa di batas Syam setelah Hijâz), ia berjumpa dengan penduduk al-Ajnad yaitu Abu Ubâdah dan para sahabatnya. Mereka memberitahu bahwa wabah penyakit telah berjangkit di Syam. Umar Radhiyallahu anhu berkata : ‘Panggilkan aku para Muhajirin yang awal (berhijrah)!’ Aku (`Abdullâh bin Abbâs-red) pun memanggil mereka. Umar Radhiyallahu anhu memberitahu dan meminta pendapat mereka tentang wabah tersebut. Kemudian mereka berselisih, sebagian mengatakan : “Engkau telah keluar untuk suatu tujuan. Menurut pendapat kami, engkau jangan mundur.” Sedangkan sebagian lain mengatakan : “Engkau bersama banyak orang dan bersama para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka kami berpendapat agar tidak membiarkan mereka terkena wabah.” Umar Radhiyallahu anhu berkata lagi : “Panggilkan para Anshar untukku”. Akupun memanggil mereka. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu meminta pendapat kepada mereka dan mereka sama dengan pendapat para kaum Muhajirin yaitu mereka juga berbeda pendapat. Lalu Umar Radhiyallahu anhu berkata: “Panggilkan orang-orang tua Quraisy dari orang yang hijrah ketika fathu Mekah, yang berada di sini.” Akupun memanggil mereka dan tidak ada seorangpun yang berselisih. Mereka mengatakan, “Pendapat kami, sebaiknya kamu membawa kembali orang-orang dan tidak membiarkan mereka terkena wabah.” Kemudian Umar Radhiyallahu anhu berkata kepada orang-orang, “Sebaiknya kita kembali.” Dan merekapun setuju dengannya. Abu Ubaidah bin Jarrâh Radhiyallahu anhu mengatakan, “Apa kita berusaha berlari dari takdir Allah Azza wa Jalla ?” Umar Radhiyallahu anhu menjawab, “Seandainya selainmu mengucapkan hal itu, wahai Abu Ubaidah. Ya, kami berlari dari takdir Allah Azza wa Jalla menuju takdir Allah Azza wa Jalla yang lain. Kemudian datanglah `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu dan mengatakan: “Dalam hal ini, aku memiliki ilmunya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوْا فِرَارًا مِنْهُ

Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian mendatanginya. Dan apabila wabah terjadi di suatu negeri dan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar/lari darinya. [HR. Bukhâri no. 5398] [8]

Pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , `Abdurrahmân bin `Auf Radhiyallahu anhu pernah menyedekahkan separuh hartanya. Setelah itu dia bersedekah lagi sebanqak 40.000 dinar. Kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan [9].

Ja`far bin Burqan mengatakan, “ Telah sampai kabar kepadaku bahwa `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu telah memerdekakan 3000 orang.[10]

Imam Bukhâri menyebutkan dalam kitab tarikhnya bahwa `Abdurrahmân pernah memberikan wasiat kepada semua Sahabat yang mengikuti perang badar dengan 400 dinar. Dan jumlah mereka ketika itu 100 orang.[11]

Dia meninggal dunia pada tahun 32 H. Dia berumur 72 tahun dan dia dikubur di pemakaman baqi` dan `Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu ikut menyalatkannya.[12]

Demikian selintas kisah tentang seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat kaya, seorang konglomerat pada jamannya, namun amat sangat dermawan. Semoga menjadi tauladan bagi kita semua. Wallâhu a`lam

Referensi:
1. Ash-Shahâbah, Syaikh Shâlih bin Thaha `Abdul Wâhid, Maktabah al-Ghurabâ`, Dâr al-Atsariyah, cet. Ke-1 tahun 1427H
2. Al-Ishâbah fî Tamyîz ash-Shahâbah, Ibnu Hajar al-Asqalâni, tahqîq: Khalîl Makmûn Syîha, Dârul Makrifah, Beirut
3. Fadhâilush Shahâbah Lil Imâm Ahmad, Dâr Ibnul Jauzi cet. ke-2 tahun 1420 

Redaksi | almanhaj.or.id

Thursday, December 1, 2016

Kisah Sandal Jepit dan Aksi Bela Islam 3

Penantian saya dan orang-orang yang berbaris di sepanjang Jl Raya Cileunyi, tidak sia-sia pun tidak surut walau hujan terus mengguyur.
Begitu rombongan pendemo dari Ciamis yang berjalan kaki muncul dari kejauhan, semua bersiap. Kami berdiri, berbaris panjang sekali di tepi jalan, menenteng kresek dan kardus berisi segala macam yang bisa kami berikan. Air minum dalam kemasan, hansaplast, jamu dalam kemasan sachet siap minum, masker untuk jaga-jaga jika nanti gas air mata disemburkan penguasa, sandal jepit, jas hujan dan pakaian ganti plus sekantung plastik roti, donat, permen, buah, cemilan dll dalam satu plastik berbentuk paketan, kami bagikan. Mereka, menerima dengan sangat senang hati. Takbir bersahutan tiada henti. Hujan, banjir, tidak menyurutkan massa untuk berkumpul memanjang dari Ujung Jalan Raya Cileunyi sampai Bundaran Cibiru dan sepanjang jalan Soekarno-Hatta sampai Kantor Perhutani Soekarno – Hatta.
Yang membuat saya merinding, seorang santri kecil berusia delapan tahun, terlihat ikut berjalan bersama rombongan. TANPA ALAS KAKI, mengatupkan kedua telapak tangan dan menggigil kedinginan diguyur hujan.

maimon-herawati-memberikan-sandal-jepit-dan-sepatu-gunung-untuk-santri-ciamisa


Segera saya “tewak” dan tarik ke pinggir anak itu.
“Sandalnya mana ?” tanya saya.
“Putus Buu, jadi saya buang,” katanya.
Seorang dari kami menyodorkan sepasang sandal jepit baru.
“Bawa baju ganti ?” tanya saya lagi.
Anak itu menggeleng.

Saya tarik makin ketepi, tepat di Teras Bank BJB ini. Saya minta dia melepas plastik kantung yang dipakainya untuk menahan hujan. Ternyata baju seragam santri yang dipakainya pun basah kuyup. Segera kami sodori sehelai kaos panjang dan trening panjang, lalu dia memakai jas hujan yang juga kami sodorkan.
“Kenapa ikut ?” tanya saya.
“Ngagentosan ( menggantikan ) pun Bapa ( ayah saya ),” jawab anak lelaki itu.
“Bapa ade kamana ( Bapakmu kemana ) ?” tanya saya sambil menggenggam kan beberapa lembar uang.
“Atos ngatunkeun ( sudah tiada ),” jawab seorang santri dewasa yang muncul di belakangnya.
Ada rasa nyeri yang menyayat perut di bawah iga kanan saya
Entah apa yang ada di benak para penghina, penyinyir dan penista yang kedua orangnya masih lengkap, berusia dewasa, punya biaya, uang banyak, gagah perkasa DAN dia MUSLIM tapi bisanya cuma menyinyiri, menista dan menghina…
Rombongan lewat, semua logistik paketan habis kami bagikan. Tinggal logistik dalam wadah kardus dan karung. Kami naikkan ke ambulance dan mobil-mobil bertanda rombongan.
Tetiba saya dibuat terkejut. Satu demi satu gadis-gadis berjilbab lebar itu bergantian memeluk saya dan saling berpelukan antar sesamanya dengan mata basah.
Ucapan syukur dan tangis kegembiraan mereka, juga terasa menyayat hati saya.
“Bu, ayo ikut !” teriak anak gadis berjilbab lebar dan mengendarai sepeda motor. Saya diajak ikut mengiringi laju rombongan itu bersama anak-anak lain, dengan motor mereka.
Bahagianya hari ini, melupakan derita nyeri di hari pertama datangnya “tamu bulanan” saya…..

sumber | up-islam