Wednesday, January 27, 2016

Begini Gambaran Istri Sholehah



Oleh: Ustadz Ibnu Hasan Ath Thabari

Sahabat yang mulia Anas ibn Malik radhiyallahu anhu bercerita, bahwa ayahnya yang bernama Malik berkata kepada istrinya Ummu Sualim binti Milhan [ibunda Anas], “Laki-laki itu [maksudnya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam] mengharamkan khamr.” Oleh karena itu Malik meninggalkan istrinya ke negeri Syam, di negeri itu Malik mati dalam kondisi musyrik.

Ummu Sulaim-pun setelah itu menjadi janda. suatu hari datanglah Abu Thalhah yang saat itu masih musyrik untuk melamar Ummu Sulaim.

Ummu Sulaim berkataa, “Hai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak layak ditolak, akan tetapi anda seorang musyrik sementara aku seorang muslimah karena itu aku tidak mengkin menikah denganmu.”

Coba kita lihat, bagaimana sikap Ummu Sulaim dalam melakukan amar ma`ruf nahi munkar kepada Abu Thalhah yang akan melamarnya dan nanti kita lihat da`wah yang dilakukannya agar Abu Thalhah masuk islam. begitu juga keteguhan imannya, dia tidak terpengaruh dengan keyakinan suaminya yang pada akhirnya meninggalkan dirinya menjadi janda karena keislamannya.

Kita lanjutkan dialog Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah

Abu Thalhah berkata, “Bukan itu maksudmu kan?”

Ummu Sulaim, “Lalu apa maksudku?”

Abu Thalhah, “Emas dan perak.”

Ummu Sulaim, “Aku tidak mengharap emas dan perak, aku ingin islam darimu, jika anda masuk islam maka itulah maharku, aku tidak minta yang lain.”

Ummu Sulaim, tidak tergiur dengan harta kekayaan, emas dan perak untuk menukar agamanya bahkan demi iman dan islamnya ia menolak semua itu. tapi hari ini kita menyaksikan banyak orang menikah dengan motif karena harta kekayaan tanpa memperhatikan kualitas iman dan ketinggian akhlaq. dan ini pada akhirnya memicu problem suami istri dikemudian hari, apalagi Rasul sudah mengingatkan agar seseorang memilih pasangan hidupnya berdasarkan standar kualitas agama kalau ia ingin selamat. [Fazfar bi dzaatid diin taribat yadaak, pilihkan yang memiliki kualitas agama yang bailk, niscaya kamu selamat].

Selanjutnya,..

Abu Thalhah berkata, “Siapa yang akan menunjukkan hal itu kepadaku?”

Ummu Sulaim menjawab, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.”

Maka berangkatlah Abu Thalhah menjumpai Rasulullah yang saat itu sedang duduk bersama para sahabat. tatkala Rasulullah melihat Abu Thalhah beliau berkata, “Abu Thalhah datang, terlihat cahaya islam dikedua matanya.”

Abu Thalhah menyampaikan apa yang diucapkan oleh Ummu sulaim, maka Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya.

Tsabit Al-Bunani rawi kisah ini dari Anas ibn Malik, berkata, “Kami tidak melihat ada mahar yang lebih agung dari maharnya Ummu Sulaim, ia rela Islam sebagai maharnya.”

Abu Thalhah radhiyallahu anhu menikahi Ummu Sulaim seorang wanita anshar yang mulia yang memiliki mata yang indah dari Ummu Sulaim ini Allah menganugrahkan seorang anak yang begitu dicintai oleh Abu Thalhah.

Suatu saat anak itu terserang penyakit, Abu Thalhah sangat cemas dan sedih dengan sakitnya putra yang sangat disayanginya.

Abu Thalhah shalat subuh bersama Nabi dan terus bersama beliau sampai menjelang siang, setelah itu ia pulang untuk makan dan beristirahat. setelah shalat dzuhur Abu Thalhah pergi menunaikan urusannya dan baru pulang pada waktu isya`. malam itu Abu Thalhah shalat isya bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam di masjid dan pada saat itulah putranya wafat.
Ummu Sulaim berkata, “Jangan ada seorangpun yang memberi tahu Abu Thalhah tentang kematiaan anaknya, biar aku sendiri yang melakukannya.”

Ummu Sulaim lalu memandikan anaknya, mengkafaninya dan menidurkannya ditempat tidurnya. tak lama setelah itu Abu Thalhah pulang ke rumah bersama beberapa sahabatnya. sesampainya di rumah ia berkata kepada Ummu Sulaim, “Bagaimana kondisi anakku?”

Ummu Sulaim menjawab, “Wahai suamiku, sejak ia sakit, ia tidakl pernah setenang saat ini, aku berharap ia sedang beristirahat.”

Setelah itu Ummu Sulaim menyiapkan makan malam untuk suaminya, Abu Thalhah pun makan bersama dengan kawan-kawannya, setelah selesai dan semua temannya pulang, Abu Thalhah ingin beristirahat. Ummu Sulaim menyibukkan dirinya berhias mempercantik dirinya sebaik mungkin, lalu ia menyusul suaminya ditempat istirahatnya. Abu Thalhah melihat istrinya yang sangat cantik, aroma harum tubuh istrinya menambah hasratnya sebagai suami menjadi menjadi bergejolak, perutnya kenyang, perasaannya tenang dan istrinya yang cantik ada dihadapannya, maka… [tahu sendiri dah apa yang terjadi..]

Di akhir malam Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, “Suamiku, seandainya ada suatu kaum yang dipinjami sesuatu, lalu pemiliknya memintanya, apakah mereka berhak menahannya?”

Abu Thalhah menjawab, “Tentu tidak boleh, wahai istriku.”

Ummu Sulaim berkata, “Allah telah meminjamkan seorang anak kepadamu dan tadi ia telah mengambilnya kembali, bersabarlah dan memohonlah pahala kepadaNya.”

Mendengar ucapan istrinya, Abu Thalhah marah seraya berkata, “Mengapa baru sekarang kamu mengatakannya padaku, setelah aku melakukan padamu apa yang aku lakukan.”

Setelah itu Abu Thalhah ber-istirja` lalu mengucapkan alhamdulillah.

Ketika pagi tiba, Abu Thalhah melakukan shalat subuh berjamaah bersama dengan Rasulullah di masjid beliau, setelah selesai shalat Abu Thalhah menyampaikan apa yang terjadi dengan keluarganya dan sikap istrinya menghadapi peristiwa tsb. mendengar penuturan Abu Thalhah, Rasulullah bersabda mendoakan keduanya dengan ucapan, “baarakallaahu lakumaa fii lailatikumaa [ semoga Allah memberkahi kalian berdua di malam itu]

Luar biasa, walaupun putranya wafat, Ummu Sulaim menyambut suaminya dengan penuh kemesraan juga memperhatikan kebutuhan-kebutuihannya dan melayaninya dengan sempurna, ia tidak mengejutkan suaminya dengan berita kematian anaknya, ia tidak menyampaikan itu semua karena tau suaminya lelah dan butuh istirahat, baru setelah semuanya tenang ia menyampaikan berita duka itu dengan cara menyampaikan sebuah tamtsil yang sederhana tapi sangat mengena dalam diri suaminya.

Ummu Salamah juga memperlihatkan sosok wanita yang sabat atas musibah yang menimpanya dan ini adalah bukti nyata akan kekuatan imannya.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah bersabada, “Tidak seorang muslimpun yang tertimpa musibah lalu ia berkata “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” lalu ia ucapkan Ya Allah berilah ganjaran padaku dalam musibah yang menimpaku dan beri ganti padaku dengan yang lebih baik darinya”, kecuali Allah akan memberi ganti yang lebih baik.”

Ummu Salamah radhiyallahu anha berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, aku berkata, “Siapa yang lebih baik dari Abu Salamah, keluarga pertama yang melakukan hijrah?”, lalu ia mengucapkan doa diatas , kata Ummu Salamah, “Allah memberiku ganti yang lebih baik dari Abu Salamah yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” [Setelah sampai `iddahnya Ummu Salamah di khitbah oleh Rasulullah dan menjadi istri beliau]

Begitupun dengan Ummu Sulaim, setelah Abu Thalhah menceritakan kasusnya kepada Rasulullah maka beliau mendoakan keberkahan bagi mreka berdua pada malam mereka bercampur dan setelah itu Ummu Salamah mendapatkan seorang putra yang kelak menjadi anak yang shalih yang anak-anaknya semuanya hafal Al Qur`an..

Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a`yun waj`alnaa lil muttaqiina imaamaa

Allahumma Aamiin

Antara Jomblo dan Westminster Abbey

Westminster Abbey, atau secara resmi disebut The Collegiate Church of St. Peter.


Barangkali ia amat dikenal sebab dipakai untuk pernikahan Pangeran William dengan Catherine Middleton pada 29 April 2011 lalu. Adapun pernikahan kerajaan pertama yang tercatat di sini adalah Raja Henry I dengan putri Matilda dari Skotlandia,11 November tahun 1100.

Status Westminster Abbey sejak 1560 sebenarnya bukan lagi Cathedral dan Abbey, melainkan semata sebagai Royal Peculiar.

Kata Abbey diturunkan dari bahasa Latin, Abbatia, berasal-usul dari Bahasa Aramaic Abba, yang berarti “Bapa”, sebagaimana dalam Bahasa Arab. Abbey, adalah tempat mendidik para calon Bapa gembala gereja yang orangnya disebut Abbot. Para Novis, calon Abbot dan para pembimbingnya menjalani kehidupan kerahiban kebiaraan di dalamnya; tidak menikah, tidak mengejar kesenangan duniawi, hanya beribadah dan menghayati kemiskinan Kristus.

Asal mula hidup kerahiban di dunia Nasrani adalah persekusi yang terjadi di masa kekaisaran Romawi. Ketika para perintis dengan imannya kepada Allah, keyakinannya pada hukum Taurat, & keteguhannya pada kasih sayang Injili ditindas, disiksa, disalibkan, diumpan pada binatang buas, dibakar, dan dibantai; beberapa imamnya kemudian menawarkan pada Kaisar dan para panglima:

“Bangunkan untuk kami sebuah biara di tempat terpencil, yang di sana kami akan beribadah, menggali sumur, menanam sayuran, dan kami tidak akan ikut campur urusan kalian.”

Jalan tengah itu banyak diambil, dakwah mereka yang semula dianggap menggangu kekuasaan diganti dengan hanya semata beribadah dalam sunyi.


..Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (kerahiban) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.. (QS. Al-Hadid [57] :27)


Betapa Maha Bijaksana Rabb kita ‘Azza wa Jalla; jalan kerahiban ini oleh Al Quran tetap dipuji niat awalnya; “untuk mencari keridhaan Allah.” Yang ditukas olehNya adalah, karena ia tak sesuai fithrah, sedang mereka tak memeliharanya dengan kesucian, maka lahirlah banyak penyimpangan dan penyelewengan yang sampai di dunia modern inipun, pemimpin Gereja Anglikan, Uskup Agung Canterbury Rowan William pernah dengan amat malu mengakui dan memohon maaf atas kekejian yang dilakukan para abbotnya, yang sering korbannya anak-anak.

Kita cukup berbahagia dengan petunjuk Nabi Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam ketika datang 3 orang yang masing-masing berkata, “Saya akan terus beribadah dan tak ingin menikah”, ” Saya akan terus shalat malam dan tak usah tidur”, serta “Saya akan puasa selalu dan tiada hari jeda berbuka.” Maka beliau menyatakan bahwa diri beliau, hamba Allah yang paling taqwa, shalat tapi juga tidur, puasa tapi juga berbuka, dan beribadah namun tetap berrumahtangga. Nikah itu sunnah beliau serta para Nabi, dan siapa yang membenci sunnah itu, bukan bagian dari ummat beliau.

Duhai para lelaki shalih, jangan berlama merahibkan diri, eh menjomblo.

Redaksi, Ust. Salim A Fillah

Monday, January 25, 2016

Agar Suara Merdu Saat Membaca Al Qur’an

Memiliki suara merdu, apalagi untuk membaca Al Qur’an adalah impian setiap orang. Rasulullah memerintahkan untuk memerindah suara saat membaca Al Quran.

Tentu saja, yang tidak kalah penting adalah memelajari tajwid yang benar. Suara merdu tidak hanya milih para qori’-qari’ah saja.

Namun orang biasa pun bisa memiliki suara merdu saat membaca Al Qur’an.

Berikut ini ada beberapa tips penting bagi Anda yang menginginkan suara yang merdu.

Pertama, latihan secara rutin. Pita suara yang dilatih secara rutin dapat menghasilkan suara yang merdu dan indah. Anda dapat melatihnya setiap hari dengan bantuan seorang guru atau belajar sendiri dari kaset-kaset murattal/qira’ah.

Kedua, miliki gaya hidup sehat. Jangan merokok, minum alkohol, teh, kopi, dan minuman bersoda serta es secara berlebihan. Minum air putih yang banyak, dan jangan banyak makan makanan berminyak serta makanan pedas. Makanan dan minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan tenggorokan Anda.

Ketiga, jaga pola tidur. Istirahat yang cukup dan jangan begadang. Istirahatkan pita suara secara teratur dan cukup agar bisa menghasilkan sara yang jernih dan merdu.

Keempat, jangan bicara yang tidak perlu. Bicara terlalu banyak, berteriak, berorasi dan sebagainya dapat membuat pita suara kelelahan. Jika Anda berbicara di sebuah forum yang menuntut Anda untuk bersuara keras, usahakan memekai pengeras suara.

Kelima, jaga agar tidak stress dan badan tetap fit. Stress juga berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga dapat membuat Anda rentan mengalami penyakit yang menyerang tenggorokan Anda. Istirahat yang cukup dan perkuat imunitas tubuh sehingga kesehatan Anda lebih terjaga.

Demikian tips agar suara Anda merdu saat membaca Al Qur’an. Bacaan Al Qur’an yang merdu dapat menggetarkan hati para pendengarnya. Anda bisa memilikinya dengan menerapkan cara-cara di atas. Selamat mencoba.

fimadani.com

Thursday, November 19, 2015

3 Toko Buku Islam Online Terpercaya



Dengan adanya fasililitas internet yang mudah di jangkau dan di dapatkan pada era teknologi sekarang ini, semakin menambah nilai tersendiri kepada pelaku bisnis di dunia maya terlebih di website dan situs situs sosial ternama seperti Facebook, Instagram, Twitter dll, untuk memasarkan barang dan jasa nya melalui media tersebut.


Mungkin ada ratusan bahkan ribuan produk yang hampir setiap detik terposting, di laman media sosial, oleh para pelaku bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda, selain itu para pelaku dan konsumen tidak harus bertemu secara langsung untuk melakukan transaksi. salah satunya adalah produk buku dan Novel yang banyak di jual di internet dengan tujuan untuk mempermudah konsumen supaya tidak jauh jauh ke toko buku.

disini saya akan memberikan beberapa toko buku dan Novel Islam online yang recomended dan Insya Allah amanah dalam menjalankan bisnisnya, mulai dari transaksi hingga barang sampai di tempat tujuan diantara toko buku online tersebut :

- JuraganbukuID
atau lebih terkenalnya Juragan Buku Islami, website nya juraganbukuID.com merupakan salah satu toko buku online yang terpercaya dalam melayani para pembaca untuk menggali ilmu dan sekedar hobi membaca novel.

- Pusat Buku Sunnah
website nya pusatbukusunnah.com, menyajikan berbagai macam buku buku Islam yang sangat banyak terlebih untuk kitab kitab yang di butuhkan oleh kaum muslimin, tafsir ibnu katsir, tafsir jalalain dll

- Toko Muslim
Toko buku online ini tidak hanya menyediakan berbagai macam buku, akan tetapi toko buku ini mempunyai beberapa koleksi kaset CD anak anak, untuk memeberikan pelajaran dan mengenalkan islam sejak dini.

Demikian sedikit ulasan tentang beberapa toko buku islam online yang Insya Allah amanah dalam mengemban bisnisnya,di karenakan semua toko buku online di atas sudah pernah saya coba untuk melakukan transaksi pembelian buku.

semoga bermanfaat .

Monday, November 9, 2015

Kisah Sepasang Kekasih yang Mencintai Karena Allah.

“Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin 
memberikan komentar mengenai pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.


Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit. Rasanya selalu ingin bertemu meski sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.

Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.

Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh kaum An-Nakha’. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim dengan kaum muslimin. Di tengah kekhusyu’annya bersilaturahim itulah dia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita.



Sepasang mata bertemu, seakan saling menyapa, saling bicara. Walau tak ada gerak lidah! Tak ada kata-kata! Mereka berbicara dengan bahasa jiwa. Karena bahasa jiwa jauh lebih jujur, tulus dan apa adanya. Cinta yang tak terucap jauh lebih berharga dari pada cinta yang hanya ada di ujung lidah. Maka jalinan cintapun tersambung erat dan membuhul kuat. Begitulah sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila. Sebagai anak muda, tentu dia berharap cintanya itu tak bertepuk sebelah tangan, namun begitulah ternyata gayung bersambut. Cintanya tidak berada di alam khayal, tapi mejelma menjadi kenyataan.

Benih-benih cinta itu bagai anak panah melesat dari busurnya, pada pertemuan yang tersamar, pertemuan yang berlangsung sangat sekejab, pertemuan yang selalu terhalang oleh hijab. Demikian pula si gadis merasakan hal serupa sejak melihat pemuda itu pada kali yang pertama.

Begitulah cinta, ketika ia bersemi dalam hati… terkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…Ketika hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Ketika hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…

Ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tertegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.

Semakin dalam makna cinta direnungi, semakin besar fakta ini ditemukan. Cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Begitupun dengan si pemuda, dia berpikir cintanya harus terselamatkan! Agar tidak jadi liar, agar selalu ada dalam keabadian. Ada dalam bingkai syari’atnya. Akhirnya diapun mengutus seseorang untuk meminang gadis pujaannya itu. Akan tetapi keinginan tidak selalu seiring sejalan dengan takdir Allah. Ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan putera bapak saudaranya.

Mendengar keterangan ayah si gadis itu, pupus sudah harapan si pemuda untuk menyemai cintanya dalam keutuhan syari’at. Gadis yang telah dipinang tidak boleh dipinang lagi. Tidak ada jalan lain. Tidak ada jalan belakang, samping kiri, atau samping kanan. Mereka sadar betul bahwa jalinan asmaranya harus diakhiri, karena kalau tidak, justeru akan merusak ’anugerah’ Allah yang terindah ini.

Bayangkan, bila dua kekasih bertemu dan masing-masing silau serta mabuk oleh cahaya yang terpancar dari orang yang dikasihi, ia akan melupakan harga dirinya, ia akan melepas baju kemanusiaannya dengan menabrak tabu. Dan, sekali bunga dipetik, ia akan layu dan akhirnya mati, dipijak orang karena sudah tak berguna. Jalan belakang ’back street’ tak ubahnya seperti anak kecil yang merusak mainannya sendiri. Penyesalan pasti akan datang belakangan, menangispun tak berguna, menyesal tak mengubah keadaan, badan hancur jiwa binasa.

Cinta si gadis cantik dengan pemuda tampan masih menggelora. Mereka seakan menahan beban cinta yang sangat berat. Si gadis berpikir barangkali masih ada celah untuk bisa ’diikhtiarkan’ maka rencanapun disusun dengan segala kemungkinan terpahit. Maka si gadis mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya:

”Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku dan karenanya betapa besar penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau berkenan, aku akan datang berkunjung ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mau datang ke rumahku.”

Setelah membaca isi surat itu dengan seksama, si pemuda tampan itu pun berpesan kepada kurir pembawa surat wanita pujaan hatinya itu.

“Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar bila aku sampai durhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.”

Pulanglah kurir kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda tadi.

Tawaran ketemuan? Dua orang kekasih? Sungguh sebuah tawaran yang memancarkan harapan, membersitkan kenangan, menerbitkan keberanian. Namun bila cinta dirampas oleh gelora nafsu rendah, keindahannya akan lenyap seketika. Dan berubah menjadi naga yang memuntahkan api dan menghancurkan harga diri kita. Sungguh heran bila saat ini orang suka menjadi korban dari amukan api yang meluluhlantakkan harga dirinya, dari pada merasakan keindahan cintanya.

“Sungguh selama ini aku belum pernah menemukan seorang yang zuhud dan selalu takut kepada Allah swt seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak menyandang gelar yang mulia kecuali dia, sementara hampir kebanyakan orang berada dalam kemunafikan.” Si gadis berbangga dengan kesalehan kekasihnya.

Setelah berkata demikian, gadis itu merasa tidak perlu lagi kehadiran orang lain dalam hidupnya. Pada diri pemuda itu telah ditemukan seluruh keutuhan cintanya. Maka jalan terbaik setelah ini adalah mengekalkan diri kepada ’Sang Pemilik Cinta’. Lalu diapun meninggalkan segala urusan duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu dia tekun beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang besar kepada pemuda yang dicintainya.

Bila kerinduan kepada kekasih telah membuncah, dan dada tak sanggup lagi menahahan kehausan untuk bersua, maka saat malam tiba, saat manusia terlelap, saat bumi menjadi lengang, diapun berwudlu. Shalatlah dia dikegelapan gulita, lalu menengadahkan tangan, memohon bantuan Sang Maha Pencipta agar melalui kekuasaa-Nya yang tak terbatas dan dapat menjangkau ke semua wilayah yang tak dapat tersentuh manusia., menyampaikan segala perasaan hatinya pada kekasih hatinya. Dia berdoa karena rindu yang sudah tak tertanggungkan, dia menangis seolah-olah saat itu dia sedang berbicara dengan kekasihnya. Dan saat tertidur kekasihnya hadir dalam mimpinya, berbicara dan menjawab segala keluh-kesah hatinya.

Dan kerinduannya yang mendalam itu menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhirnya Allah memanggil ke haribaanNya. Gadis itu wafat dengan membawa serta cintanya yang suci. Yang selalu dijaganya dari belitan nafsu syaithoni. Jasad si gadis boleh terbujur dalam kubur, tapi cinta si pemuda masih tetap hidup subur. Namanya masih disebut dalam doa-doanya yang panjang. Bahkan makamnya tak pernah sepi diziarahi.

Cinta memang indah, bagai pelangi yang menyihir kesadaran manusia. Demikian pula, cinta juga sangat perkasa. Ia akan menjadi benteng, yang menghalau segala dorongan yang hendak merusak keindahan cinta yang bersemayam dalam jiwa. Ia akan menjadi penghubung antara dua anak manusia yang terpisah oleh jarak bahkan oleh dua dimensi yang berbeda.

Pada suatu malam, saat kaki tak lagi dapat menyanggah tubuhnya, saat kedua mata tak kuasa lagi menahan kantuknya, saat salam mengakhiri qiyamullailnya, saat itulah dia tertidur. Sang pemuda bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang sangat menyenangkan.

“Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku?” Tanya Pemuda itu di alam mimpinya.

Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair:

Kasih…

cinta yang terindah adalah mencintaimu,

sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.

Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu

burung syurga menjauh dan malaikat menutup pintu.

Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, “Di mana engkau berada?”

Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:

Aku berada dalam kenikmatan

dalam kehidupan yang tiada mungkin berakhir

berada dalam syurga abadi yang dijaga

oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa

yang akan menunggu kedatanganmu,

wahai kekasih…

“Di sana aku bermohon agar engkau selalu mengingatku dan sebaliknya aku pun tidak dapat melupakanmu!” Pemuda itu mencoba merespon syair kekasihnya

“Dan demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku telah memohon untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati, hingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!” jawab si gadis kekasihnya itu.

“Bilakah aku dapat melihatmu kembali?” Tanya si pemuda menegaskan

“Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari,” Jawab kekasihnya.

Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, akhirnya Allah mewafatkan dirinya. Allah mempertemukan cinta keduanya di alam baqa, walau tak sempat menghadirkan romantismenya di dunia. Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua menjadi pengantin syurga.

Subhanallaah! Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Pantaslah kalau cinta membutuhkan aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu tidak berubah menjadi cinta yang membabi buta yang dapat menjerumuskan manusia pada kehidupan hewani dan penuh kenistaan. Bila cinta dijaga kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat memupus kerinduan, tapi juga mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan keridhaan dari dzat yang menciptakan cinta yaitu Allah SWT. Di negeri yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)

'imint fasta'

Tuesday, October 13, 2015

Sunnah Sunnah di Bulan Muharram



Berikut adalah beberapa amalan sunnah di bulan Muharram:
Memperbanyak puasa selama bulan Muharram
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أفضل الصيام بعد رمضان ، شهر الله المحرم

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
ما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يتحرى صيام يوم فضَّلة على غيره إلا هذا اليوم يوم عاشوراء ، وهذا الشهر – يعني شهر رمضان

“Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih satu hari untuk puasa yang lebih beliau unggulkan dari pada yang lainnya kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
كان يوم عاشوراء تعده اليهود عيداً ، قال النبي صلى الله عليه وسلم : « فصوموه أنتم ».
Dulu hari Asyura’ dijadikan orang yahudi sebagai hari raya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Puasalah kalian.” (HR. Al Bukhari)
Dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
سئل عن صوم يوم عاشوراء فقال كفارة سنة
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Asyura’, kemudian beliau menjawab: “Puasa Asyura’ menjadi penebus dosa setahun yang telah lewat.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
قَدِمَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لأَصْحَابِهِ «أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ ، فَصُومُوا».
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Madinah, sementara orang-orang yahudi berpuasa Asyura’. Mereka mengatakan: Ini adalah hari di mana Musa menang melawan Fir’aun. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat: “Kalian lebih berhak terhadap Musa dari pada mereka (orang yahudi), karena itu berpuasalah.” (HR. Al Bukhari)
Keterangan:
Puasa Asyura’ merupakan kewajiban puasa pertama dalam islam, sebelum Ramadlan. Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz radliallahu ‘anha, beliau mengatakan:
أرسل النبي صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار : ((من أصبح مفطراً فليتم بقية يومه ، ومن أصبح صائماً فليصم)) قالت: فكنا نصومه بعد ونصوّم صبياننا ونجعل لهم اللعبة من العهن، فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناه ذاك حتى يكون عند الإفطار
Suatu ketika, di pagi hari Asyura’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang mendatangi salah satu kampung penduduk Madinah untuk menyampaikan pesan: “Siapa yang di pagi hari sudah makan maka hendaknya dia puasa sampai maghrib. Dan siapa yang sudah puasa, hendaknya dia lanjutkan puasanya.” Rubayyi’ mengatakan: Kemudian setelah itu kami puasa, dan kami mengajak anak-anak untuk berpuasa. Kami buatkan mereka mainan dari kain. Jika ada yang menangis meminta makanan, kami memberikan mainan itu. Begitu seterusnya sampai datang waktu berbuka. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, puasa Asyura’ menjadi puasa sunnah. A’isyah radliallahu ‘anhamengatakan:
كان يوم عاشوراء تصومه قريش في الجاهلية ،فلما قد المدينة صامه وأمر بصيامه ، فلما فرض رمضان ترك يوم عاشوراء ، فمن شاء صامه ، ومن شاء تركه
Dulu hari Asyura’ dijadikan sebagai hari berpuasa orang Quraisy di masa jahiliyah. Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melaksanakn puasa Asyura’ dan memerintahkan sahabat untuk berpuasa. Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, beliau tinggalkan hari Asyura’. Siapa yang ingin puasa Asyura’ boleh puasa, siapa yang tidak ingin puasa Asyura’ boleh tidak puasa. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Puasa Tasu’a (puasa tanggal 9 Muharram)
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau menceritakan:
حين صام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم عاشوراء وأمر بصيامه ، قالوا : يا رسول الله ! إنه يوم تعظمه اليهود والنصارى ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((فإذا كان العام المقبل ، إن شاء الله ، صمنا اليوم التاسع )) . قال : فلم يأت العام المقبل حتى تُوفي رسول الله صلى الله عليه وسلم
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura’ dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. Kemudian ada sahabat yang berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang diagungkan orang yahudi dan nasrani. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan.” Namun, belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsudah diwafatkan. (HR. Al Bukhari)
Adakah anjuran puasa tanggal 11 Bulan Muharram?
Sebagian ulama berpendapat, dianjurkan melaksanakan puasa tanggal 11 Muharram, setelah puasa Asyura’. Pendapat ini berdasarkan hadis:
صوموا يوم عاشوراء وخالفوا فيه اليهود وصوموا قبله يوما أو بعده يوما
“Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad, Al Bazzar).
Hadis ini dihasankan oleh Syaikh Ahmad Syakir. Hadis ini juga dikuatkan hadis lain, yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra dengan lafadz:
صوموا قبله يوماً وبعده يوماً
“Puasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.”
Dengan menggunakan kata hubung وَ (yang berarti “dan”) sementara hadis sebelumnya menggunakan kata hubung أَوْ (yang artinya “atau”).
Al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan status hadis di atas:
Hadis ini diriwayatkan Ahmad dan al-Baihaqi dengan sanad dhaif, karena keadaan perawi Muhammad bin Abi Laila yang lemah. Akan tetapi dia tidak sendirian. Hadis ini memiliki jalur penguat dari Shaleh bin Abi Shaleh bin Hay. (Ittihaf al-Mahrah, hadis no. 2225)
Demikian keterangan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Munajed.
Sementara itu, ulama lain berpendapat bahwa puasa tanggal 11 tidak disyariatkan, karena hadis ini sanadnya dhaif. Sebagaimana keterangan Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam ta’liq musnad Ahmad. Hanya saja dianjurkan untuk melakukan puasa tiga hari, jika dia tidak bisa memastikan tanggal 1 Muharam, sebagai bentuk kehati-hatian.
Imam Ahmad mengatakan:
Jika awal bulan Muharram tidak jelas maka sebaiknya puasa tiga hari: (tanggal 9, 10, dan 11 Muharram), Ibnu Sirrin menjelaskan demikian. Beliau mempraktekkan hal itu agar lebih yakin untuk mendapatkan puasa tanggal 9 dan 10. (Al Mughni, 3/174. Diambil dari Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 52).
Disamping itu, melakukan puasa 3 hari, di tanggal 9, 10, dan 11 Muharram, masuk dalam cakupan hadis yang menganjurkan untuk memperbanyak puasa selama di bulan Muharram. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Ibnul Qayim menjelaskan bahwa puasa terkait hari Asyura ada tiga tingkatan:
1.    Tingkatan paling sempurna, puasa tiga hari. Sehari sebelum Asyura, hari Asyura, dan sehari setelahnya.
2.    Tingkatan kedua, puasa tanggal 9 dan tanggal 10 Muharram. Ini berdasarkan banyak hadis.
3.    Tingkatan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
(Zadul Ma’ad, 2/72)
Bolehkah puasa tanggal 10 saja?
Sebagian ulama berpendapat, puasa tanggal 10 saja hukumnya makruh. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berencana untuk puasa tanggal 9, di tahun berikutnya, dengan tujuan menyelisihi model puasa orang yahudi. Ini merupakan pendapat Syaikh Ibn Baz rahimahullah.
Sementara itu, ulama yang lain berpendapat bahwa melakukan puasa tanggal 10 saja tidak makruh. Akan tetapi yang lebih baik, diiringi dengan puasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya, dalam rangka melaksanakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam majmu’ fatawa, Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya:
Bolehkah puasa tanggal 10 Muharam saja, tanpa puasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. Mengingat ada sebagian orang yang mengatakan bahwa hukum makruh untuk puasa tanggal 10 muharram telah hilang, disebabkan pada saat ini, orang yahudi dan nasrani tidak lagi melakukan puasa tanggal 10.
Beliau menjawab:
Makruhnya puasa pada tanggal 10 saja, bukanlah pendapat yang disepakati para ulama. Diantara mereka ada yang berpendapat tidak makruh melakukan puasa tanggal 10 saja, namun sebaiknya dia berpuasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Dan puasa tanggal 9 lebih baik dari pada puasa tanggal 11. Maksudnya, yang lebih baik, dia berpuasa sehari sebelumnya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika saya masih hidup tahun depan, saya akan puasa tanggal sembilan (muharram).” maksud beliau adalah puasa tanggal 9 dan 10 muharram….. Pendapat yang lebih kuat, melaksanakan puasa tanggal 10 saja hukumnya tidak makruh. Akan tetapi yang lebih baik adalah diiringi puasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. (Majmu’ Fatawa Ibn Utsaimin, 20/42

KonsultasiSyariah.com

Tuesday, January 20, 2015

19 Tahun dikubur Jasad masih dalam Keadaan Utuh

Warga Ciomas Bogor dihebohkan dengan utuhnya Triyani binti Kartomulyo, seorang wanita ahli shadaqah yang sudah 19 tahun dikubur. Jasad dan kain kafannya masih utuh tanpa menyebarkan bau busuk, padahal papan kayu penutup makam sudah hancur menjadi tanah.
Keajaiban itu terungkap saat penggalian makam almarhumah di TPU Kampung Bubulak RT 1/Rw 09, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, pada Kamis pagi (14/2/2013).

Pembongkaran makam Triyani itu dilakukan anak-anak almarhumah untuk memindahkan jasad almarhumah ke Purwodadi, Jawa Tengah, disandingkan di samping makam suami almarhumah.
“Kami akan bawa jenazah ibu ke Jawa Tengah untuk dimakamkan dekat makam bapak,” kata Nanang Triyadi, anak sulung almarhumah.
Pemindahan itu sendiri dilatari oleh keadaan kompleks makam Triyani yang makin rusak tergerus air sungai Ciapus. Sebelumnya, beberapa makam sudah hanyut dan rusak.

“Rencananya memang mau dipindahkan daripada makamnya rusak,” kata Nanang Arianto (49), anak sulung almarhumah. “Kalau airnya meluap, bisa-bisa jenazahnya hanyut. Makanya sebelum makam ibu saya ikut ambrol, kita sepakat pindahin ke Purwodadi,” tambahnya.

...Ibu dermawan dan suka membagikan dagangannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Pengemis dan gelandangan, sering dikasih makan kalau lewat depan warung...
Usai digali, jenazah Triyani disemayamkan di rumah Teguh, anak keduanya, di Perum Taman Pagelaran, Jl. Cemara Blok D 3 no 29, Kelurahan Padasuka Ciomas Bogor. Spontan, rumah Teguh pun kebanjiran tamu yang ingin berkunjung dan melihat keajaiban itu dari dekat.
Di rumah ini, jenazah yang meninggal pada 20 Juni 1994 ini dibaringkan di atas tikar plastik. Tampak kain kafannya masih utuh membungkus jasad almarhumah, meski warnanya telah memudar dan bercampur tanah. Yang membuat warga takjub, pada jasad almarhumah masih menempel daging dan kulit, walau terlihat mengecil. Warga semakin heran, karena jasad ini tidak mengeluarkan bau menyengat.


AHLI SHADAQAH



Utuhnya jasad Triyani ini mengingatkan pada keajaiban makam orang-orang shalih. Beberapa tahun lalu, pada Ahad (2/8/2009), hal serupa terjadi di Tangerang. Jenazah KH Abdullah Mukmin yang dimakamkan di area mushalla An-Najat di Jl Benda, Kota Tangerang, masih utuh meski telah 26 tahun berkalang tanah. Makam ulama yang  pernah menuntut ilmu selama 7 tahun di Darul Ulum Mekkah, Arab Saudi ini dibongkar karena rencana pelebaran jalan.

Di Tangerang, keshalihan ulama yang sangat tegas ini tidak perlu dipertanyakan. 

Selain mengajarkan ilmu agama, Kiai Abdullah juga mengajarkan kewirausahaan kepada para muridnya, antara lain cara bercocok tanam. (baca: KH. Abdullah Mukmin: Dikubur 26 Tahun Jasad Masih Utuh)

Keshalihan Triyani semasa hidupnya adalah suka bersedekah. Almarhumah dikenal sebagai wanita dermawan, meski hanya berprofesi sebagai seorang pedagang makanan. Ia selalu memberi bantuan bagi warga atau pengemis dan gelandangan yang kelaparan yang mampir ke warungnya.

“Saya tidak tahu fenomena apa dengan kejadian ini. Tapi, mungkin karena amal baik ibu semasa hidupnya,” jelas Teguh. “Ibu saya dulu berjualan sayuran matang. Ibu dermawan dan suka membagikan dagangannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Pengemis dan gelandangan, sering dikasih makan kalau lewat depan warung," tambahnya. [azka izzatillah/pkt, dtk]